BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA
Karya : Undang Sumargana
(Cerita bersambung bagian 3)
![]() |
BIALANGLALA CINTA SEORANG KELANA 3 |
Catatan
Dulu kalau mau ke Cidadap apalagi ke Citoe, bnyak mengunakan jalan jalur Cipatujah, berhenti di Sabeulit naik bis sampai Cikawung Ading. Karena jalan yang dari Sindangreret sangat langka kendaraan. Sampai di cikawung ading, nyebrang sungai kecil naik eretan,yang lajunya pakai tambang, belum ada jembatan seperti sekarang, berjalan menyusuri jalan Setapak, sampai di sisi sungai cilangla naik menyebrang naik perahu, belum terbangun jembatan dan jalan seperti saat ini.
Untuk ditanggapi:
Saya menantikan tanggapan dan kritik untuk cerita ini,
apalagi kalau ada bahasaya yang tak dimengerti langsung tanggapi di bloog. Maaf
bila Bahasa-yang saya tulis kurang memasyarakat, tapi sengaja banyak Bahasa
sastra, karena saya yakin kebanyakan pembaca Bapak Ibu guru yang tingkat
Apresiasinya sudah cukup tinggi.
Memang ada orzng yang mengerti.
Ada orang yang sadar dirinya tak mengerti.
Ada orang yang pura pura mengerti
Ada orang yang pura-pura tak mengerti.
Ada orang yang tak tau bahwa dirinya tak mengerti.
Sudah ah yu dari pada pusing langsung pada sambungan cerita
Cahya bulan terlihat
mengambang di bebukitan desa, cahayanya tak begitu terang, ada rintik hujan
yang turun perlahan, siulan angin di dedaunan, deburan suara ombak di kejauhan,
berbaur dengan suara binatang malam. Seolah-olah ada lantunan kidung kehidupan yang mengalunkan irama pedih
mengiris hati. Pikiran menerawang menembus pilu di relung kalbu. Ada rasa
kesunyian yang mengelus menembus tulang rusuk, yang kadang datang menebar
pesona dalam janji setia.
Heemmhh ……janji setia? Cuma cerita kosong pemanis
bibir.
Jangan percaya itu ! Itu adanya dicerita para putri
putri kayangan yang menjungjung tinggi nilai- nilai kebenaran.
Kebenaran?
Adakah kebenaran dalam cinta?
Kebenaran dalam cinta? Ya… cinta yang dihiasi
kesetiaan, tapi tidak semua cinta dihiasi kesetiaan, bahkan yang banyak terjadi
cinta yang diakhiri penghianatan.
Akhirnya aku terlelap dalam tidur setelah ada dalam
lautan lamunan yang tiada berujung.
Tak terasa sudah tiba lagi hari jumat, waktunya aku
berangkat ke Campus melaksanakan perkuliahan. Berangkat bersama Yanti,
menjadikan aku semakin akrab, sikap dia yang agak manja, menjadikan aku agak
risi, biarlah dia kuanggap adikku, adik manis yang kadang menimbulkan rasa
kangen.
Hemmh…. aku mencoba menepis rasa lain yang kadang
tumbuh tak disengaja. Satu bis bersama, duduk bersama tapi diperjalanan dalam bis banyak waktu
kuhabiskan untuk membaca buku ysng berkaitan dengan mata kuliah.
Heemmh dasar kutu buku? Yanti mendengus kesal, tapi
kubiarkan saja seolah-olah aku tak menanggapinya.
Dia merebut buku yang ku baca. “Enak saja dari tadi
Yanti bicara, kenapa sih?”
Aku Cuma tersenyum menanggapi kekesalan dia.
“Ya adik
manisku aku sekarang kan dengarkan pembicaraanmu. Tapi sini bukuku akan ku
masukan kedalam tas, nanti lupa”.
“Minggu sehabis kuliah kita pulang Bersama, dan Sabtu
sore antar aku ke toko beli pakaian ya Pak?” dia memanggilku dengan sebutan pak mungkin ini penghargaan terhadapku karena
aku seorang guru.
“Ya dik, panggil dong aku Kakak, aku kan bukan
bapakmu” kataku sambil tersenyum.
“Memang kau kakaku ?” Yanti menyela dengan muka kesal
Sisa perjalananku kuhabiskan dengan percakapan
yang tak tentu arah. Akhirnya sampai juga aku di campus setelah
bis berhenti dan dilanjutkan naik angkot. Mampir ke warung nasi sbelum jumatan
dan masuk kuliah.
Selesai makan, aku bergegas untuk bayar makan aku dan Yanti.
Sudah dibayar
oleh Neng Yanti” kata penjaga warung,
Aku melirik
kepada \yanti, “seharusnya aku yang bayar”
“Tidak apa-apa kan besok Kakak mau ngantar aku”, kata Yanti
sambal tersenyum kecil
Aku berpamitan untuk melaksanakan sholat Jumat, sedangkan
Yanti pergi ke arah perpustakaan di areal csmpus
Hari itu pembahasan di tempat kuliah, berkaitan dengan
perkembangan sastra di Indonesia, dilanjutkan dengan Linguistik Bahasa
Indonesia, dan berakhir sampai pukul 1630
Hari Sabtu sepulang Kuliah sebagaimana yang telah
dijanjikan, Yanti mengajakku menyulusuri toko pakaian di Cihideung Tasikmalaya,
Lama menulusuri deretan toko-toko.
Sebetulnya kesal juga, namung aku berusaha untuk sabar,tidak memperlihatkan
muka suntuk.
“Sebetulnya pakaian apa yang kau cari ?”
“Ya sabarlah kak, nih ditoko ini pasti ada” sambil
masuk ketoko Asia, akhirnya setelah menyusuri rak-rak pakaian Yanti, mengambil
sebuah baju dan stelan roknya,
“Ini bagus ya
kak?”
“wow, bagus amat”
emang bagus pakaian itu corak warna yang menakjubkan dan kainnya begitu halus, dan sempat
kulirik lebel harganya Rp 75.000,00,
harga yang cukup mahal pada saat itu, gaji aku saja 1 bulan sebagai PNS dengan
golongan II/a hanya Rp 21.500,00,
berarti kalau beli pakaian seperti itu
lebih dari 3 bulan gaji.
“Dia kan orang kaya?”
“Orang tuanya yang kaya, Yanti kan seorang mahasiswa,
yang mendapat pasilitas dari orang tuanya.
Lamunanku tersentak Ketika Yanti memegang tanganku
mengajak keluar setelah bayar di kasir.Diajaknya aku untuk ketempat baso,
sebagaimana kebiasaan Wanita yang setiap berpergian tak lupa jajan baso, aku
sih ikut juga meskipun, tidak biasa makan baso, yah hitung hitung menyenangkan
Yanti
Naik angkot, di perempatan Padayungan aku berpisah
Yanti menuju tempat kosnya dekat Campus
UNSIL, sedangkan aku menuju rumah kakaku tempatku menginap.
Hari minggu pagi bertemu di UNSIL, ia menghampirimu
sambal senyum.
“Ada apa sih, senyum senyum tak karuan?”
“Hemmh aneh, pikirku
Ikh Judes amat, kaya kesurupan, jangan lupa nanti
pulang Bersama”, Dia langsung pergi mencari tempat duduk, tak menunggu
jawabanku, hanya yang aku herankan biasanya Yanti pulang 1 bulan 1 kali, kadang
beberapa bulan tak pulang. Hemmh aneh, pikirku
Terlihat Dosen kebahasaan masuk ruangan, perkuliahan
berakhir sampai pukul 10.00, Hari itu Cuma satu mata kuliah, dosen-dosen yang
lainnya yang ada jadwal kuliah hari itu tidak hadi, jadi bisa pulang masih
pagi.
Naik angkot naik bis, menikmati perjalanan sambal
ngobrol, tentang kuliah tentang kehidupan keluarga dan kadang menyinggung
tentang pribadi, senang juga ngobrol dengan Dia, orangnya bebas, kadang
diselingi ketawa lepas, yang kadang membuat orang yang duduk berdekatan sering
melirik. Akhirnya sampai juga
dipemberhentian bis di daerah Cikawung Ading
Nyebrang sungai kecil naik eretan, berjalan menyusuri jalan kecil, kanan
kiri semak semak yang kadang merintangi perjalanan, 25 menit perjalan sebelum
sampai di pinggir sungai dekat muara, Yanti berjalan dengan lincahnya diselingi
percakapan, dan ketawa-ketawa kecil.
“Biasanya kan Yanti pulang 1 bulan 1 kali, bahkan
sampai 2 bulan?”
“Kan sekarang ada kakak yang mengawal Yanti?”
“Emangnya aku pengawalmu?”
“Maunya apa, kekasihmu gitu?”
“yah terserahmu lah”
“Anggap saja, kita kekasih” Yanti menyela seolah tanpa
beban, sedangkan mukaku agak memerah.
Hemmhh, gadis sableng, gadis berani, timpalku di dalam
hati.
Sampai juga di penyebrangan setelah memanggil perahu
yang biasa menyebrangkan orang, dengan hati hati aku meghampiri perahu dan
akhrinya menyebrangi sungai yang memang cukup luas. Saelang 10 menit berjalan
sampai juga di depan rumah Yanti, rumah yang cukup besar, ada kesan mewah
dengan penataan halaman yang begitu indah.
“Sini mampir dulu jangan dulu ke wisma, istirahat
dulu, sambal menunggu si Bibi masak, kita makan Bersama” Kata yanti
Sebetulnya aku enggan singgah, mau cepat sampai, tapi
ibu \Yanti menghampiri, dan agak memksa dengan bahasa yang ramah, kuturuti juga
kurang enak kalau aku menolak. Makan bersama, ngobrol-ngobrol kecil dengan Bu
Haji dan Pak Haji ibu dan ayah Yanti. Aku berpamitan, tapi Yanti nanti sore
mengajak aku menghabiskan hari minggu menikmati pemandangan menyaksikan cahaya Mentari di sore hari dan deburan ombak lautan.
Perjalanan kira 10 menit sampai juga di wisma guru SD Karangmulya, ganti
pakaian rebahan di Kasur tapi sulit mata untuk terpejam.
Aku membisu sendiri terasa ada guncangan kecil di
hatiku, guncangan itu lebih merupakan kekecewaan yang tak berujung, karena
dikhianati tapi merasa diri tak bersalah.
Aku harus bangkit-bangkit dari relung-relung penghianatan seorang wanita. Memang cinta saja tidak cukup, apa sih yang diharapkan, dari aku hanya guru SD. Cinta telah sepakat untuk tidak saling menyakitkan, biarlah dia-dia yang telah dianggap kekasih telah berhianat, tapi aku – aku harus bangkit menata kehidupan. Rasa suka yang melimpah bisa naik ke langit, kadang tercurah ke bumi dengan dahsyat, dan menimbulkan rasa nyeri dan sakit hati.
Yanti ? Dia memberikan sinyal, tapi dia tak boleh
jadi kekasihku apalagi untuk calon istriku. Tak mungkin-tak mungkin tak sepadan
dia dari keluarga kaya, masa harus bersuamikan Guru SD yang gajinya paspasan.
Apa lagi jika ingat waktu ngantar beli pakaian, satu stel saja pakaiannya 3
kali lipat gajiku, ngeri aku dibuatnya.
Tapi Dia Cantik?
Tidak… Tidaaakkk, aku tak boleh jatuh cinta pada Yanti
“Dia kaya”
“Orang tuanya yang kaya
“jangan jangan manfaatkan dia”
“Emang salah, kalau mengharapkan dia, jangan bodoh Dia
sudah mulai memberi sinyal, apa lagi nanti sore mau menikmati tenggelamnya
cahya matahari.
“Ungkapkan bodoh ungkapkan !”, suara hatiku terus
untuk menghasut aku agar aku jadian dengan Yanti
“Jangan-jangan biarlah dia menikmati keceriaan tanpa
diembel-embeli rasa cinta. Anggap saja dia adikmu, itu saja sudah cukup. Jangan
jadikan dia pelarian karena kau dihianati kekasihmu !” .
Akhirnya aku bertekad untuk melakukan kebaikan pada Dia, tapi tak boleh aku jadikan dia sebagai
kekasih. Lamunanku buyar bersamaan suara adzan ashar, aku mandi lakukan sholat
ashar dan ganti pakaian untuk santai.
Ringan rasanya beban hatiku setelelah sholat ashar.
Aku bertekad dalam hatiku bahwa kebaikan itu ibadah. Kebaikan datangnya dari
Allah, maka perlunya kita berbuat
kebaikan agar disayang Allah.
Ya kebaikan adalah ibadah, maka janganlah berbuat hal
yang tidak baik karena nanti akan mencemari kehidupanmu, kalau sudah tercemar
akan menjadikan dirimu kotor.
Suara halus ketukan pintu, tak salah lagi Yanti sudah
datang untuk menikmati cahya matahari di tepi pantai. Ku sambut dan langsung
berjalan menuju Bukit Karang Bayawak. Duduk dibawah pohon rindang cari tempat
yang tertinggi dari bukit itu, pandangan diarahkan ke Barat, arah matahari
tenggelam. Terasa waktu merayap seperti bermain dengan angin, angin yang ramah
membawa kehidupan.
“Kak begitu sejuk ya rasanya tiupan angin sore ini?”
“Tapi angin yang datang akan segera pergi mendera dari
lembah ke lembah, tuh sekarang angin sedang mengelus pantai kebiruan laut”.
“Kok kaya manusia angin bisa mengelus”
“Ya iya lah,
tuh lihat sekarang angin nakal lagi menyingkap betismu”
“Ikh Kaka nakal sih” terlihat mukanya yang memerah
sambil membetulkan roknya yang tersingkap.
Cahaya keemasan mulai ditaburkan di langit, seperti
hamparan permadani yang memenuhi rongga bumi, warna-warna yang samar layaknya
lukisan yang penuh misteri, ada kilauan cahaya terang seperti bersaing dengan
malam, anginpun mulai senyap singgah dengan tiupan halus menyisir pepohonan.
Hari terasa semakin menua bayangan alam seperti silhuet di ujung senja.
“Subhanalloh indah banget tuh mentari yang mulai
tenggelam?” yanti berguman penuh kekaguman.
“Ya tapi keindahan tidak akan abadi”.
“Tapi setidaknya kita bisa merasakan saat keindahan
itu ada”.
“Jika keindahan itu telah tiada?”
“Cari lagi yang masih ada” Yanti menjawab dengan
jawaban ringan tapi berbekas dalam pikiranku.
“Yan, kamu baik cantik?” aku bicara setelah berguman.
“Kalau aku tak cantik, kakak gak mau temani aku?”
“bukan itu maksudnya sebaiknya kau harus sudah punya
pacar”.
“kakak sendiri?” Yanti balik bertanya, membuat aku
mati kutu tak mampu menjawabnya.
“kau sendiri mungkin sudah mendengar cerita hidupku,
jadi aku tak punya pacar”
“Kalau aku jadi pacarmu?”
“Aku gak bakal mampu menghidupimu, beli pakaianmu saja
harus 3 kali lipat gajiku”. Yanti tertawa
kecil, sambil menggoyang-goyangkan kepalanya.
“ Oh rupanya ini yang membuat kaka banyak terdiam
waktu pulang kemarin, itu pesenan anak bibiku yang sebaya denganku dan ukuran
badannya sama denganku, tak bakalan aku beli pakaian semahal itu, walau ada
uang sekalipun, Aku anak Desa kak, meskipun orang tuaku kaya, tapi aku sedikit coba
cari uang halal kecil kecilan, selain
baju yang mahal itu kan aku beli beberapa potong pakaian untuk anak anak, yah
sedikit cari lebihnya.
Rupanya aku salah sangka, ternyata dia gadis baik yang
mau mandiri tak mengandalkan orang tua.
“Itu kak yang membuat aku selalu pulang sehabis kuliah,
sebetulnya untuk memenuhi pesanan penduduk di sekitarku yah cari untung sedikit, buat uang jajan dan keperluan
kuliah” dia berbicara sambal tertawa kecil.
Aku mulai kagum, prasangka -prasangka buruk
terhadapnya mulai hilang, yang ada dibenakku Ia gadis desa yang luar biasa,
mana ada pada waktu itu anak-anak desa yang mau kuliah, sampai SMP saja sudah untung, malah kebanyakan
hanya cukup lulus SD.
”Kak-kak tuh lihat matahari mulai ditelan laut” Yanti
membuyarkan lamunanku.
Sedikit sedikit mentari seolah tenggelam dari
permukaan laut, suatu keindahan yang
tiada tara. Begitu sunyi hidup berebut dengan senja, kebiruan langit mulai dipoles
kehitaman alam yang mulai kelam.
Beranjak aku bangun untuk pulang.
“Kak besok Senin kan hari libur, acara mau kemana?”
“Hari libur?” Aku baru ingat bahwa bsok tanggal merah
“Kalau mau nanti malam pamanku mau ambil udang di
muara, kebetulan sekarang musim udang, malah nanti malam kan bulan Purnama, aku
mau ikut, kalau kakak ikut, yah di pantai saja nunggu udang dan menikmati nasi
liwet. Mau ya kak yah? Seolah-olah dia tak memberikan kesempatan untuk aku
menolaknya.
“Emmhh gimana ya?”
“Ya maulah kan kakaku yang baik ” Yanti merayu untuk mendesakku.
“Yaaa maulah, aku mengiyakan sambal tertawa.
Terlihat muka Yanti begitu ceria, Dia kelihat
kegirangan.
“Pokoknya ditunggu, nanti sesudah magrib sholat isa
ditempatku sesudah isa kita dengan paman dan beberapa orang langsung
berangkat”.
“ Yah, apa sekarang harus ku antar pulang?”
“ Gak usahlah kaya jauh saja, tapi awas nanti kalau
tidak datang” Sedikit dia mengancam, sambil terus tinggalkan aku menuju rumahnya.
“Sudah sembahyang magrib aku langsung menuju rumah
Yanti. Bercakap, cakap dengan orang tua dan keluarga yang lainnya, sambil
menunggu waktu isa. Selesai sembahyang isa ada 3 orang yang Bersama Paman yanti, Putra
Pamannya, dan 2 orang lainnya, aku dan rombongan berjalan sampai penambatan
perahu, 2 orang ikut paman sedangkan aku dan seorang lagi tukang kebun ayahnya
Yanti berjalan mengarah kedekat muara mencari tempat yang tepat, Kang Rusdi
panggilannya, mempersiapkan tempat membuat liwet.
“Kerja kita apa Ya?”
“Kita cari tempat duduk saja sambil menunggu paman
datang dan Nasi liwet masak?”
“Wah enak banget, duduk ngobrol ditemani gadis cantik,
disediakan nasi liwet, bakar ikan dan Udang”
“Hemh mulai gombal”
“ Siapa gombal, emang kamu tidak merasa cantik”
“tuh mantan pacar kakak yang cantik”
“Hemmhh cantik cantik berhianat, aku bicara setengah
mengeluh.
“Sudahlah duduk di sini, aku sengaja bawa tikar buat
duduk”
“Sambil pacarana bolah engga?” Aku menggodanya.
“Siapa yang mau pacarana?” Dia bicara sambil ketus
memonyongkan bibirnya.
Duduk berdua nikmati cahya bulan yang mulai terang,
seperti ada cahya Ajaib yang turun dari langit, menangkap kilatan cahya ombak
yang menaburkan kristal putih di tengah laut. Rasanya aku tak pernah menorehkan
penaku untuk membangun sebuah kisah, aku hanya bisa mnorehkan pena mengungkap
sebuah kisah kesedihan karena penghianatan. Tapi sekarang aku betul betul
merasa senang.
”Jangan bodoh kau !”, suara hatiku menyentak malah
mendorong aku untuk bicara. “Sekarang
waktunya kau berkata, gadis itu menantikanmu untuk bicara, sekarang waktunya,
kau tak sadar dia telah memberikan sinyal sinyal kebaikan agar kau
mengungkapkannya”.
“Tidaaak, tidaaak, telah dua kali aku dihianati
kekasih ” seolah-olah aku berontak.
“Jangan dungu kau, dia gadis baik tak mungkin
berhianat”
“Kalau berhianat ?”
“gak bakalanlah asal kau pandai menjaganya”
“:Kakak melamun ya” Yanti mengejutkan aku, aku senyum
cengengesan merasa malu ketahuan melamun.
“Yanti gak merasa risi ajak aku?”
“Emang kenapa? Justru aku mersa bangga berteman dengan
Bapak Guru, ingat Kakak itu seorang guru yang cukup dihormati di daerah ini,
siapa sih yang tak bangga bisa ngobrol sama kakak, bisa berteman dengan kakak,
kakak orang baik pintar lagi kan kalau ada tugas kuliah aku selalu mengcopy
dari kakak.”.
Harga diriku merasa terangkat, tersanjung diriku
rasanya, keberanianku mulai bangkit.
“Kakak temanku yang sangat baik selama ini”
“Kalau bukan teman?” aku mulai mengatur setrategi
pembicaraan
“Kalau bukan teman ya, mungkin bisa jadi pacar?” Yanti bicara seolah olah tanpa beban, sambil
– senyum senyum.
“Yaitu harus jadi” Jawabku singkat aku memberanikan
diri sambal menatap dia
Gadis itu
menatap lembut ke arahku, seolah-olah tak percaya apa yang ku katakana.
“Betulkah itu kak, atau kakak hanya bercanda”.
“Memang kamu mau jadi pacarku?”
“Aku tak pernah main main dengan cinta, tapi aku
sering dihianati dalam cinta”.
“Kak sudah lama aku menunggu perkataan itu” Dia berbicara dengan menunduk,
ada binar air mata di pipinya, mungkin air mata kegembiraan.
“Sudahlah tak perlu menangis, kaya anak TK minta
peremen saja” Dia menyeka air matanya dan mengembangkan seulas senyuman. Begitu
manis senyuman itu terasa dadaku bergetar perlahan seperti dawai gitar yang dipetik
perlahan.
Ini entah purnama keberapa aku berada di Daerah citoe,
ini purnama yang istimewa, saat aku mendapatkan ganti kekasih yang telah
berhianat. Malam ini Yanti resmi jadi pacarku. Seperti daun tertiup angin
gemetar, ada goncangan harapan dalam hidupku. Kalau aku mengingat yang sudah-sudah
berarti mundur ke belakang, suatu hal yang tak akan sampai-sampai.
Cahya bulan makin terang, laut tenang dihadapan kami
seperti tak suka menghempaskan ombak.
”Heeemmmh…! Kita jadi sepasang kekasih dong kak?”
“Ya kita mulai mengarungi lautan cinta”?
“Cinta?” suara Yanti sayup tersipu ombak.
”Betul cinta
adalah kehidupan, tapi hidup tak boleh berhenti dalam cinta, Cinta
memang selalu bergerak, cintalah yang menggerakkan kehidupan”
“Maksudnya kak?”
“Cinta menuntut kenyataan, kenyataan adalah harapan
yang terwujud”.
“Ada harapan yang terwujud dalam kehidupan, ada pula harapan
yang terwujud di balik kehidupan”.
“Di balik kehidupan?” Maksudnya, Yanti semakin tak
mengerti
“Kematian?” Bukankah kematian itu akhir kehidupan?”
“Bukan-bukan, kematian adalah gerbang menuju kehidupan
lain, merasakan siksa kubur atau nikmat kubur, sebelum dibangkitkan dan
dikumpulkan di alam mashar, sampai kita di sambut di surga
atau di lemparkan ke dalam neraka yang
cukup mengerikan dan menyakitkan, semua urusan kita akan diselesaikan di sana,
dengan hakim yang maha adil dan ditimbang seadil adilnya.
“Wow ngeri kalau dengar kata neraka” Yanti berkata
lirih sambil menggoyangkan lehernya.
“Makanya mari berlomba menanam kebaikan dalam
kehidupan sekarang”
Percakapanku terputus dengan panggilan Mang Rusdi, ternyata Paman, putranya dan 2 orang temannya telah menepi, dekat perapian, malah terlihat tumpukan ikan dan Udang telah dibakar, tinggal dibubuhi kecap dan cabe. Lahap rasanya makan pada malam itu, diterangi nyala api dan cahya bulan yang cukup terang. Apa lagi di sisiku ada Yanti yang telah resmi jadi kekasihku. 08 April 1988 itulah yang tercatat dalam buku harianku
(BERSAMBUNG KE BAGIAN 4)
Posting Komentar untuk "BIALANGLALA CINTA SEORANG KELANA 3"