BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA 1

BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA

(Cerita bersambung bagian 1 )





Catatan: 

  • Maap ini tulisan hanyalah secercah kisah dari sebuah kehidupan  yang diambil dari catatan harianku yang di tulis tahun 1987  tak ada maksud tuk mengungkit kisah lama, namun setidaknya, sekecil apapun dari cerina ini mungkin ada manfaat yang dapat ku ambil
  • Bila nama dalam tulisan ini sengaja disunting disembunyikan, mungkin hanyalah dirinya yang mengetahui .
  • Karang Bayawak adalah gunung kecil  di Dusun Citoe, Desa Cidadap, Kecamatan. kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat Karangnunggal, Namun pemandangan dan gunungnya tak seindah dulu karena keserakahan para penggali pasir sebagai penjahan lingkungan.
  • Di usia menjelang senja  Alhamdulilah aku bertemu dengan teman lamaku alaupun baru di alam maya, itulah kuasa Allah yang mengatur kehidupan manusia.


Aku merasakan hidupku seperti abu, ringan mengikuti kemana angin berhembus, melayang tanpa arah, pedih-memang pedih ditinggal kasih tersayang hidup terpuruk dalam kehampaan, padahal saat itu aku baru mendapat anugrah dapat pekerjaan tuk menata hidup masa depan. Ataukah pekerjaan ku kurang menjanjikan, seorang guru SD lulusan SPG, mana mungkin mampu membahagiakan Dia ( nona ST) gadis yang kupuja, ku cintai. Namun cinta saja memang tidak cukup. 

Ada kehampaan yang menyelinap dalam dadaku ada kepedihan yang mengiris di relung hatiku, ada cinta yang tercampak berbuah kenangan yang memilukan, duka yang menyekap, tapi aku sadar akulah lelaki perlu bangkit, bangkit merajut kehidupan, melompat ke depan, meraup hidup yang akan datang, itulah tekadku. 

Tepat 5 mei 1984 usiaku baru 21 tahun masih muda memang, masih panjang perjalan yang perlu ku tempuh, di sini di Karang Bayawak gunung kecil pinggir laut, aku merayakan ulang taun sendiri bersama angin laut, bersama camar, serta gelombang laut yang ku tatap dari jauh.

“ Angin saja tak pernah berhenti, bertiup, burung saja tak pernah putus asa mengintai ikan di laut, kenapa aku harus putus asa?” pikirku, tapi seperti ada bayang-bayang yang mondar-mandir, seakan nyanyian pilu yang sulit dihilangkan. Biarlah perjalan waktu yang akan menghapus kenangan duka dalam hidupku.

Purnama yang ke-18  hari ini  aku berada di perkampungan ini. Kalau dihitung berarti aku sudah lebih 1tahun 6 bulan  berada ditempat tugas aku sebagai Guru di sebuah SD, masih merasakan hembusan angin, merasakan deburan gelombang, menikmati indahnya camar yang menukik mengangkat ikan di lautan, tapi kali ini ada yang mendampingiku gadis belia berinisial (AR)  yang mampu meluluhkan hatiku, yah dalam hidupku seperti ada semburan cahya ajaib dari langit, menuntun perjalan hidupku melampoi batas kepedihan yang telah mengiris hati. Jatuh cinta yang kedua kali kualami begitu indah, begitu mengesankan membuat aku gairah tapi dalam batas wajar dan mengakar pada norma kehidupan. 

“Nona AR,  Aku adalah Seorang kelana yang telah letih mengembara, ku persembahkan semangkuk kasih dan secawan cinta buat dirimu”

DI SINI

 Itulah cuplikan kata-kata dari surat yang ku buat,  indah memang perjalanan hidup, namun dia gadis belia yang belum dewasa yang perlu tempaan kasih sayang yang menapak dalam akar kehidupan. Menginjak usia yang tambah dewasa, dia bersekolah di  SLA (SGO). Bertambah cantik, seiring itu pula jarang aku bertemu dengannya. Pertemuan terakhir di Karang Bayawak, dalam senja yang kemerahan, nikmati tengelamnya cahya  mentari seolah menyusup dalam gelombang lautan bercengkrama tentang cinta tentang gelombang, tentang langit yang kemerahan serta tentang rencana hidup yang akan datang, aku semakin yakin kesetiaan akan membawaku dalam jenjang kehidupan masa depan.

Seperti halnya angin, tidak selamanya meniupkan kelembutan, ada kalanya datang bersama hujan deras, menjadikan badai yang dahsyat memporak-porandakan kehidupan, begitupun dengan hdupku, sudah 2 gadis yang memutuskan tali cinta dalam hidupku, 

‘Penyebabnya?”,  Aku tak tau, 

“Kesalahanku?”, mungkin saja.

“Fitnah ?” mungkin saja.

“Marah ?” Ya aku marah.

“Pedih?” Ya hatiku pedih.”

“Benci?, Ya itulah kebencianku,  puncak kebencian, yang membawa gelora kemarahan dalam jiwa mudaku, dan terlontar dalam surat balasan yang mungkin tak pantas ku tuliskan.

“biarlah kepedihanku akan ku bawa, dan aku bersumpah, Suatu saat kau akan bersujud menyembah telapak kakiku” itulah  surat terakhir yang ku tulis buat nona (AR), tak pantas memang ku tulis, m mungkin itulah keegoan yang timbul akibat kepedihan dan kemarahan yang memuncak.

Ada hikmah yang ku petik dari kepedihan itu, sejak itulah aku semangat untuk meningkatkan pendidikan  tepatnya di jenjang S1 pada tahun 1987. Perjalan hidup selanjutnya biarlah aku tak tau biarlah skenario Alloh yang akan menuntunku dalam masa yang akan datang.

Downloade di sini

(BERSAMBUNG)

Posting Komentar untuk "BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA 1"