BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA BAGIAN KE-8

 
BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA BAGIAN KE-8
Kearya : Undang Sumargana 


Pagi begitu indah seperti ada pancaran cahaya ajaib yang menuntun kehidupanku , ya aku seperti memutar sebuah film yang menayangkan kehidupan masa lalau, wajahku tiba-tiba menangkap kilatan cahaya disitu seperti melukiskan kekasih yang tak lama lagi mendampingi hidupku, aku senyum-senyum sendiri, serasa bersama kekasih serasa  untuk menyambut hari-hari yang ceria. Langit t makin  gemilang perlahan menyinarkan panas matahari, warna sinarnya yang memancar seperti memancarkan kehidupan baru penuh gairah.
Waktu terus melaju tak bisa dibendung akhirnya hari hariku dihiasi kebahagiaan Bahagia sewaktu bersama, seperti layaknya anak muda yang lagi kasmaran, meskipun usia menjelang senja tapi yang namanya cinta tetap memberi arti seperti melukiskan helaan nafas yang baru bangun dalam kuntum-kuntum bunga yang bermekaran menyeret dalam pusara kemudaan menyambut hari-hari yang jelita.
”Cinta  Masih pantaskah cinta datang menjelang usia renta?”
“hoooh…. bukan masalah pantas atau tak pantas, tapi anggaplah itu suatu anugrah Allah buah kesabaran dari derita yang telah kau lalui”.
“Tapi aku tidak selalu Bersama”,
“Ya kalua kau selalu bersama, belum terikat pernikahan, itu akan menjadikan dirimu dalam kubangan nafsu yang dilaknat Allah”.Kadang beberapa minggu tak bertemu, ada kidung rindu yang selalu memanggil dalam hati, kidung kehidupan yang bercerita tantang cinta.
“Hahaha….usia senja tak malu masih memikirkan cinta”.
“ Memang cinta  hanya bergulat dengan kekasih pujaan?”
“Ingat kawan cinta yang hanya tertuju dengan Wanita  pujaan, merupakan cinta Eros, yang memabukan”.
Cinta seharusnya kristalnya rasa yang mendatangkan manfaat untuk menuju tujuan hidup yang sebenarnya, Cinta mahluk pada kholik, cinta mahluk terhadap mahluk lain dan terutama cinta seorang seorang pria terhadap seorang Wanita, ataupun sebaliknya. Seperti halnya cinta manusia pada tumbuhan akanmemberikan manfaat bagi kedua pihak. Tumbuhan yang dipelihara dan dipupuk dengan baik akan memberikan akan mengalirkan cintanyandari akar naik pada batang mengalir melalui daun dan dipersembahkan  kepada manusia, berupa buah, umbi atau batangnya yang tumbuh besar. Yang paling pokok cintailah seseorang karena Allah, insya Allah orang yang saling mencintai karena Allah akan memberikan barokah bagi keduanya.
“Yah sunguh gambaran cinta yang idealis”
“Yah sungguh cinta harus idealis dalam satu prinsip saling memahami, saling menyayangi, dan yang pokok menjaga kesetiaan, karena kesetiaan hal yang tak bisa ditawar, kesetiaan harga mati bagi orang yang saling memahami”.
“Kalua salah seorang sudah tidak setia?”
“Cinta akan kehilangan makna, kalua cinta sudah kehilangan makna, akan melebur dalam kubangan penghianatan yang melahirkan kebencian”. Emh akhirnya aku merasa penat berdialog dengan perasaanku sendiri berfikir tentang hal itu.
 Tiba-tiba aku dikagetkan dengan deringan telpon, yang mengabarkan bahwa wanita pujaanku sudah berada dirumahnya baru datang dari tempst kerjanya dari Jakarta. Hatiku begitu gembira karena kebetulan besoknya hari sabtu libur, ditambah hari minggu, hal lain yang mengembirakan ada rancana jalan-jalan hiling ke Santolo, bukan karena Santolonya, tapi karena bersama dialah yang menjadikan  aku sangat gembira.
Kujumpai di sore hari, ada rasa rindu yang mengebu, ada tembang kasmaran yang menjadikan aku marasa masih belia, ngobrol bersama serasa menyimpan getar semangat yang mencairkan kebekuan yang telah lama mengkristal di relung hati, sudah waktunya hidup ku bahagia, sudah waktunya menyulam Kembali harapan  yang telah lama karam dalam danau derita yang begitu dalam.
Akhirnya ngobrol sampai menjelang senja, baru aku pulang setelah  mengulang pembicaraan mematangkan  untuk rekreasi ke Santolo.
Besok Pagi harinya saat sang giwangkara baru memancarkan cahayanya, aku sudah tiba di Santolo daerah Garut. Menyebrang sungai, barulah sampai ditepi laut yang indah, yang menyuguhkan pemandangan yang memanjakan mata, di bawah naungan langit yang begitu bersih, terlihat camar melayang kepakan sayapnya, tonjolan batu karang yang berdiri kokoh semakin menyempurnakan keindahan yang tampak dipelupuk mata, riak gelombang yang teresinari mata hari  terlihat seperti butiran mutiara yang memendarkan cahaya kulap kelip begitu indah, di tempat lain di saung yang kududuki nampak keindahan lain yang menjadikan aku betah duduk menikmati alam. Kadang aku mencuri pandang menatap mukanya yang dihiasi senyuman kegembiraan, serta pemakaian busana yang begitu anggun, membuat aku semakin kagum pada wanita yang duduk di sampingku.
“Apa betul dia mencintaiku ?, sepadankah aku bila bersanding dengan dia”. Aku mencoba untuk membuang pikiran-pikiran yang membuat kepercayaan diriku tergerus.
“Neng,  sudahkah kau berpikir matang, telah menerima aku sebagai tunanganmu sekaligus calon suamimu?” Aku memanggilku Neng, karena dia memang masih muda
”Memangnya bapak  masih ragu?” dia selalu memanggilku bapak.
“Bukan begitu Neng, wajarlah kalau  aku khawatir, karena kau masih muda, gesit dan pandai cari uang sendiri?”
“Sudah lah pak, kalau aku sudah berucap dan bapak janji tak berkhianat, kita sama -sama untuk saling mencintai dunia akherat”.
“Perasaanku terasa anjlok, degupan jantung yang membuat kepercayaanku bangkit, Ingin aku memeluknya, tapi aku menyadari tak baik itu kulakukan, apa lagi dia wanita yang kuhormati, yang pasti aku harus mempertaruhkan nyawa menjaga kehormatan dia. Aku hanya menunduk ada butiran kecil yang menyebabkan mataku sembab, butiran kegembiraan dari seorang Kelana yang telah letih mengembara. Tiba -tiba cuaca yang begitu cerah, menjadi meredup, malah turun butiran hujan meskipun hanya gerimis, kuambil pulpen dan kertas kubuat goresan menuliskan sebuah tembang yang akhirnya jadilah tembang yang utuh dalam tembang sunda
DEUDEUH JUNGJUNAN SOK SUMORÉANG
KURING CEURIK DITA ATI GEUNING…
MANGSA HARITA,
KEUR KURING NANDANG TUNGGARA
MUNGGARAN PAKAIT ASIH
HALIMUN NU NGALIMPUDAN
 
DEUDEUH PANUTAN ULAH KAPALANG
MASANGKEUN SUBAYA CINTA GEUNING….
MANGSA HARITA
KEUR KURING NANDANG TUNGGARA
DIBARENGAN KU CIMATA….
NGOMALIRNA RASA CINTA
Tembang tersebut menggambarkan rasa cintaku pada Wanita yang disampingku, dimana saat hati yang terombang-ambing, saat diriku dalam keadaan terpuruk, ternyata masih ada wanita yang mencintaiku dengan ikhlas, mau menerimaku apa adanya, kegembiraanku begitu dalam, tak terasa ada tetesan air mata mengalir perlahan-lahan.
Kulantunkan tembang itu penuh perasaan, dengan potensi suaraku yang memang bigitu merdu, …..hehehe itu kata orang lo bukan sombong.
Terasa hidup ini begitu ajaib keajaiban sekenario Allah sulit ditebak dalam menganugrahkeun keajaiban pada mahluknya, satu hal yang kujanjikan dalam hatiku bahwa kalua dia sudah jadi istriku akan kuperlakukan dengan baik akan kujadikan layaknya permata yang terus memedarkan cahya yang tak pernah sirna. Terasa ada bianglala menghiasi hatiku ada pijaran cahya yang merasuk tembus mengukir rilisdi dalam hati.
“Pak nih hujan kecil  sudah reda mari kita jalan-yu ke arah batu sanah di pantai.” Terasa aku berjalan melayang,  merasakan titian keindahan, butiran pasir yang terhampar di tepi pantai, seolah olah seperti butiran Mutiara yang berserakan tersirat pancaran cahaya yang Bersatu dengan sisa butiran hujan yang menempel. Duduk di atas batu melihat dan mendengar deburan ombak, batu karang yang berjajar di sisi, kadang terpukul ombak dahsyat,
“Hemmh…aku harus sekokoh karang yang begitu Tangguh kuat tak mampu tergoyah oleh ombak, cintaku tak boleh beralih, kesetiaan sekali lagi sebagai harga mati                                                           
(BERSAMBUNG KE BAGIAN 9)

Posting Komentar untuk "BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA BAGIAN KE-8"