KEPAKAN SAYAP SI BURUNG MERAK (WS. RENDRA) YANG MENGGETARKAN KANCAH SASTRA INDONESIA

KEPAKAN SAYAP SI BURUNG MERAK  (WS. Rendra)  YANG MENGGETARKAN KANCAH SASTRA INDONESIA
(Undang Sumargana)

Banyaka orang yang tahu tentang sastrawan besar WS. Rendra  yang terkenal dengan sebutan Si Burung Merak, Ia tahuWS Rendra disebut si burung merak, namun tidak banyak yang tahu kenapa dia di sebut Si Burung Merak. 
Rendra mendapat julukan sebagai “Si Burung Merak” karena penampilannya yang selalu penuh dengan pesona. Julukan ini didapat saat ia menjamu seorang rekannya dari Australia di Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta. Terdapat dua versi dalam cerita ini. Pertama, Rendra berkata secara spontan, “Itu Rendra! Itu Rendra!” ketika melihat seekor burung merak berjalan bersama dua betinanya. Kedua, temannya yang berasal dari Australia lah yang mengatakan  “Itu Rendra!”. Bagaimana pun, dari peristiwa itu, julukan Si Burung Merak melekat dengan sosok WS Rendra
Setelah itu, lanjutnya, nama Rendra muncul di sejumlah koran dengan nama Burung Merak, tetapi sang budayawan diakuinya tidak merasa tersinggung dan marah. "Ia malah senang karena memang ia sendiri yang menamakan dirinya burung merak. Burung merak itu sendiri artinya orang yang suka memperlihatkan keindahan,"
WS. Rendra, yang dikenal “Si Burung Merak”  nama aslinya Willibrordus Surendra Broto lahir di Surakarta (Solo) pada tanggal 7 November 1935 dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Mengutip Harlina Indijati dan Abdul Murad dalam Biografi Pengarang Rendra dan Karyanya (1996)
Rendra berasal dari keluarga Katolik yang dibesarkan di lingkungan budaya Jawa”. Ayahnya Sugeng Brotoatmodjo adalah seorang Kepala Sekolah Dasar Negeri Kebalen, Solo. Beliau juga seorang guru bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Selain itu, Sugeng Brotoatmodjo dikenal sebagai pelaku seni drama tradisional. Sementara itu, Raden Ayu Catharina adalah seorang penari di istana Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Dari  kecil hingga ramaja,Rendra bertempat tinggal di kota kelahirannya Solo, ia dibesarkan dilingkungan kehidupan seni dan Budaya, sehingga tak heran Rendra menjadi sosok seniman besar. Karya karya Rendra puisi, naskah drama, cerpen, dan lainnya. WS Rendra diketahui juga pernah bermain dalam beberapa film, seperti film Al Kautsar (1977), Yang Muda Yang Bercinta (1977), dan Terminal Cinta (1977).
Tahun 1970, Rendra yang berasal dari agama Katolik masuk islam  Islam.  sebelum ia menikah dengan Sitoresmi Prabuningrat. 
 menikahi Sunarti Suwandi yang banyak memberikan inspirasi kepada Rendra dalam berkarya. Tahun 1970, Rendra yang berasal dari agama Katolik masuk islam  Islam.  sebelum ia menikah dengan Sitoresmi Prabuningrat sebagai istri keduanya. Kedua istrinya pemain drama dalam Bengkel Teater.  Tahun 1976 Rendra menikah lagi dengan Ken Zuraida, istrinya yang ketiga, yang juga pemain drama. . Akan tetapi, rumah tangga tersebut tidak berlangsung lama, Rendra diceraikan Sitoresmi pada 1979 dan Sunarti pada tahun 1981.
WS. Rendra meninggal tanggal 06 Agustus 2009, Jenazah WS. Rendra kemudian dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga di kawasan Cipayung Jaya, Citayam, Depok, Jawa Barat, Jumat (7 Agustus 2009) siang
Keberpihakan Rendra pada masyarakat kelas bawah semasa hidupnya  tecermin dalam karya-karyanya. Salah satu yang paling fenomenal adalah "Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta. Dalam sajak ini, Rendra tersurat jelas  membela kaum pelacur, ia juga mengecam kemunafikan para elit. Mereka bicara soal yang "tinggi-tinggi" tapi segera takluk jika disodori seks. Pada intinya, Rendra mengajak melihat fenomena pelacuran tak semata dari kacamata moral, melainkan problem yang lebih struktural. Tidak semata-mata memojokkan para pelacur tapi merupakan rangkaian kejadian kenapa ada pelacur.
(termuat dalam antologi Blues Untuk Bonnie)
Lebih jelasnya mari kita apresiasi sajak berikut

BERSATULAH PELACUR-PELACUR KOTA JAKARTA
Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Dari kelas tinggi dan kelas rendah
Telah diganyang
Telah haru-biru
Mereka kecut
Keder
Terhina dan tersipu-sipu
Sesalkan mana yang mesti kausesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kaurelakan dirimu dibikin korban
Wahai pelacur-pelacur kota Jakarta
Sekarang bangkitlah
Sanggul kembali rambutmu
Karena setelah menyesal
Datanglah kini giliranmu
Bukan untuk membela diri melulu
Tapi untuk lancarkan serangan
Karena
Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan kaurela dibikin korban
Sarinah
Katakan kepada mereka
Bagaimana kau dipanggil ke kantor menteri
Bagaimana ia bicara panjang lebar kepadamu
Tentang perjuangan nusa bangsa
Dan tiba-tiba tanpa ujung pangkal
Ia sebut kau inspirasi revolusi
Sambil ia buka kutangmu
Dan kau Dasima
Khabarkan pada rakyat
Bagaimana para pemimpin revolusi
Secara bergiliran memelukmu
Bicara tentang kemakmuran rakyat dan api revolusi
Sambil celananya basah
Dan tubuhnya lemas
Terkapai disampingmu
Ototnya keburu tak berdaya
Politisi dan pegawai tinggi
Adalah caluk yang rapi
Kongres-kongres dan konferensi
Tak pernah berjalan tanpa kalian
Kalian tak pernah bisa bilang 'tidak'
Lantaran kelaparan yang menakutkan
Kemiskinan yang mengekang
Dan telah lama sia-sia cari kerja
Ijazah sekolah tanpa guna
Para kepala jawatan
Akan membuka kesempatan
Kalau kau membuka kesempatan
Kalau kau membuka paha
Sedang diluar pemerintahan
Perusahaan-perusahaan macet
Lapangan kerja tak ada
Revolusi para pemimpin
Adalah revolusi dewa-dewa
Mereka berjuang untuk syurga
Dan tidak untuk bumi
Revolusi dewa-dewa
Tak pernah menghasilkan
Lebih banyak lapangan kerja
Bagi rakyatnya
Kalian adalah sebahagian kaum penganggur yang mereka ciptakan
Namun
Sesalkan mana yang kau kausesalkan
Tapi  jangan kau lewat putus asa
Dan kau rela dibikin korban
Pelacur-pelacur kota Jakarta
Berhentilah tersipu-sipu
Ketika kubaca di koran
Bagaimana badut-badut mengganyang kalian
Menuduh kalian sumber bencana negara
Aku jadi murka
Kalian adalah temanku
Ini tak bisa dibiarkan
Astaga
Mulut-mulut badut
Mulut-mulut yang latah bahkan seks mereka politikkan
Saudari-saudariku
Membubarkan kalian
Tidak semudah membubarkan partai politik
Mereka harus beri kalian kerja
Mereka harus pulihkan darjat kalian
Mereka harus ikut memikul kesalahan
Saudari-saudariku. Bersatulah
Ambillah galah
Kibarkan kutang-kutangmu dihujungnya
Araklah keliling kota
Sebagai panji yang telah mereka nodai
Kinilah giliranmu menuntut
Katakanlah kepada mereka
Menganjurkan mengganyang pelacuran
Tanpa menganjurkan
Mengahwini para bekas pelacur
Adalah omong kosong
Pelacur-pelacur kota Jakarta
Saudari-saudariku
Jangan melulur keder pada lelaki
Dengan mudah
Kalian bisa telanjangi kaum palsu
Naikkan tarifmu dua kali
Dan mereka akan klabakan
Mogoklah satu bulan
Dan mereka akan puyeng
Lalu mereka akan berzina
Dengan isteri saudaranya.
Puisi terakhir WS Rendra yang beliau buat sesaat sebelum beliau wafat.
Hidup itu seperti UAP, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !! Ketika Orang memuji MILIKKU, aku berkata bahwa ini HANYA TITIPAN saja.
Bahwa mobilku adalah titipan-NYA,
Bahwa rumahku adalah titipan-NYA,
Bahwa hartaku adalah titipan-NYA,
Bahwa putra-putriku hanyalah titipan-NYA …
Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya,
“MENGAPA DIA  menitipkannya kepadaku?”
“UNTUK APA DIA menitipkan semuanya kepadaku?”
Dan kalau bukan milikku, apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik-NYA ini?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-NYA?
Malahan ketika diminta kembali,
kusebut itu MUSIBAH,
kusebut itu UJIAN,
kusebut itu PETAKA,
kusebut itu apa saja …
Untuk melukiskan, bahwa semua itu adalah DERITA …
Ketika aku berdo’a, kuminta titipan yang cocok dengan KEBUTUHAN DUNIAWI,
Aku ingin lebih banyak HARTA,
Aku ingin lebih banyak MOBIL,
Aku ingin lebih banyak RUMAH,
Dan kutolak SAKIT,
Kutolak KEMISKINAN,
Seolah semua DERITA adalah hukuman bagiku.
Seolah KEADILAN dan KASIH-NYA, harus berjalan seperti penyelesaian matematika dan sesuai dengan kehendakku.
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku,
Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku …
Betapa curangnya aku,
Kuperlakukan DIA seolah “Mitra Dagang” ku dan bukan sebagai “Kekasih”!
Kuminta DIA membalas “perlakuan baikku” dan menolak keputusan-NYA yang tidak sesuai dengan keinginanku …
Duh ALLAH …
Padahal setiap hari kuucapkan,
“Hidup dan Matiku, Hanyalah untuk-MU ya ALLAH, AMPUNI AKU, YA ALLAH …
Mulai hari ini, ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam setiap keadaan dan menjadi bijaksana, mau menuruti kehendakMU saja ya ALLAH …
Sebab aku yakin ENGKAU akan memberikan anugerah dalam hidupku …
KEHENDAKMU adalah yang ter BAIK bagiku ..Ketika aku ingin hidup KAYA, aku lupa, bahwa HIDUP itu sendiri adalah sebuah KEKAYAAN.
Ketika aku berat utk MEMBERI, aku lupa, bahwa SEMUA yang aku miliki juga adalah PEMBERIAN.
Ketika aku ingin jadi yang TERKUAT, aku lupa, bahwa dalam KELEMAHAN,
Tuhan memberikan aku KEKUATAN.
Ketika aku takut Rugi,
Aku lupa, bahwa  HIDUPKU adalah sebuah KEBERUNTUNGAN, kerana AnugerahNYA.
Ternyata hidup ini sangat indah, ketika kita selalu BERSYUKUR kepadaNYA
Bukan karena hari ini INDAH kita BAHAGIA. Tetapi karena kita BAHAGIA, maka hari ini menjadi INDAH.
Bukan karena tak ada RINTANGAN kita menjadi OPTIMIS. Tetapi karena kita OPTIMIS, RINTANGAN akan menjadi tak terasa.
Bukan karena MUDAH kita YAKIN BISA. Tetapi karena kita YAKIN BISA,
semuanya menjadi MUDAH.
Bukan karena semua BAIK kita TERSENYUM. Tetapi karena kita TERSENYUM,  maka semua menjadi BAIK.
Tak ada hari yang MENYULITKAN kita, kecuali kita SENDIRI yang membuat SULIT.
Bila kita tidak dapat menjadi jalan besar, cukuplah menjadi JALAN SETAPAK yang dapat dilalui orang.
Bila kita tidak dapat menjadi matahari, cukuplah menjadi LENTERA yang dapat menerangi sekitar kita.
Bila kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk seseorang, maka BERDOALAH untuk kebaikan


Si Burung Merak" Kompas.com - 07/08/2009, 11:57 WIB Editor DEPOK, KOMPASAku ingin lebih banyak POPULARITAS,

3 komentar untuk "KEPAKAN SAYAP SI BURUNG MERAK (WS. RENDRA) YANG MENGGETARKAN KANCAH SASTRA INDONESIA"

  1. Teruslah berkarya agar anak cucu kelak dapat menikmati hasil dari karyamu,semangat dan pantang menyerah!!!

    BalasHapus