PERMASALAHAN PENGELOLAAN KELAS DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN
(Undang Sumargana)
Pada hakekatnya antara kegiatan pembelajaran dan pengelolaan kelas tidak dapat dipisahkan. Seorang guru akan merasa senang jika proses pembelajaran yang telah dilaksanakan berhasil dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Tapi sebaliknya guru yang baik akan selalu menganalisis kekurangan dari serangkaian pembelajaran yang telah disampaiakan, sehingga dia dapat menemukan permasalahan. Permasalahan tersebut masuk berkaitan masalah pembelajaran atau dalam masalah pengelolaan kelas. Kesalahan penanganan dari permasalahan tersebut tidak akan merubah hasil yang di capai, untuk itu kami mengajak pembaca untuk memahami apa itu masalah pembelajaran dan apa yang dimaksud pengelolaan kelas. Dalam pembahasan kali ini terlebih dulu saya mengajak para pembaca untuk memahami apa yang dimaksud pengelolaan kelas
Pengelolaan Kelas merupakan hal pokok yang menunjang keberhasilan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Pengelolaan kelas sangat diperlukan untuk mengontrol tingkah laku siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, oleh karen itu Keterampilan pengelolaan kelas penting untuk dikuasai oleh siapa pun yang menerjunkan dirinya ke dalam dunia pendidikan terutama guru. Karena berkaitan dengan pembelajaran maka dapat dikatakan pengelolaan kelas adalah separangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas.
Dalam pengelolaan kelas ada dua jenis masalah yang harus dihadapi, hal ini sejalan dengan pendapat Muhammad Azhar (1993:90) yakni: ”Pengelolaan kelas yang bersipat perorangan dan yang bersipat kelompok”.
A. MASALAH PERORANGAN
Masalah perorang terjadi jika seorang (individu) gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa harga dirinya. Dari kejadian tersebut maka ia akan bertingkah laku menyimpang. Penyimpangan. yang biasanya terjadi di kelas ada 4 macam yakni
1. mencari kekuasaan,
2. menuntut balas,
3. menarik perhatian dan
4. memperlihatkan ketidakmampuan.
Teknik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah perorangan dapat dikenali dengan ciri-ciri sebagai berikut:
2. Jika guru merasa terancam atau merasa dikalahkan, merupakan pertanda
3. bahwa siswa yang bersangkutan mengalami masalah 'mencari kekuasaan'.
4. Jika guru merasa disakiti (bahkan amat disakiti), merupakan pertanda bahwa siswa yang bersangkutan mengalami masalah ‘menuntut balas'.
5. Jika guru merasa telah 'tidak mampu menolong lagi,' pertanda bahwa siswa yang bersangkutan mengalami masalah "ketidakmampuan".
B. MASALAH KELOMPOK
Dalam kelompok ada 7 masalah yang hubungannya dengan pengelolaan kelas, yakni:
1. Kekurang kompakan; yang ditandai dengan adanya konflik antara anggota kelompok.
2. Kekurang mampuan mengikuti aturan kelompok.
3. Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok; ditandai dengan reaksi/ekspresi kasar terhadap anggota yang tidak diterima.
4. Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang ; terjadi apabila kelompok itu mendorong/mendukung timbulnya hal-hal yang menyimpang dari norma sosial pada umumnya.
5. Ketergangguan kelompok/anggota kelompok atas kegiatannya hanya karena hal-hal kecil yang sebenarnya tidak berarti, lalu berhenti melakukan kegiatannya.
6. Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, tingkah laku agresisif atau protes, baik hal ini secara terbuka ataupun terselubung.
7. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan: yang terjadi apabila kelompok bereaksi tidak wajar apabila terjadi perubahan baru (misalnya pergantian anggota kelompok, pergantian guru, dan lain-lain).
Sependapat dengan di atas, ahmad rohani (2004; 124) membagi masalah Pengelolaan kelas dalam dua kategori yaitu masalah individu dan masalah kelompok.
Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel membedakan empat kelompok masalah pengelolaan kelas individual yang didasarkan asumsi bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan keputusan untuk diterima kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Bila kebutuhan-kebutuhan ini tidak lagi dapat dipenuhi melalui cara-cara yang lumrah dapat diterima masyarakat, dalam hal ini masyarakat kelas, maka individu yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-cara lain. Dengan perkataan lain dia akan berbuat "tidak baik".
Perbuatan-perbuatan untuk mencapai tujuan dengan cara yang asosial inilah digolongkan sebagai berikut.
1. Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain (attention getting behaviors). Misalnya membadut di kelas (aktif), atau dengan berbuat serba lamban sehingga perlu mendapat pertolongan ekstra (pasif)
2. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking behaviors). Misalnya selalu mendebat atau kehilangan kendali emosional - marah-marah, menangis (aktif), atau selalu "lupa" pada aturan-aturan penting di kelas (pasif)
3. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors), misalnya menyakiti orang lain seperti mengata ngatai, memukul, menggigit, dan sebagainya (kelompok ini tampaknya kebanyakan dalam bentuk aktif/pasif),
4. Peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali menolak untuk mencoba melakukan apa pun karena yakin bahwa hanya kegagalanlah yang menjadi bagiannya.
Lois V. Johnson dan Mary A. Bany mengemukakan 6 Kategori masalah kelompok dalam pengelolaan kelas. Masalah-masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Kelas kurang kohesif. Misalnya perbedaan jenis kelamin, suku, dan tingkatan sosial-ekonomi, dan sebagainya
2. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya Misalnya mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni suara menyanyi dengan suara sumbang
3. Membesarkan" hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, misalnya pemberian semangat kepada badut kelas
4. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap
5. Semangat kerja rendah. Misalnya semacam aksi protes kepada guru karena menganggap tugas yang diberikan kurang adil.
6. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru Misalnya gangguan jadwal atau guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain, dan sebagainya.
Tidak perlu ditekankan lebih kuat lagi bahwa setiap macam masalah memerlukan penanganan yang berbeda. Selanjutnya, sasaran penanganan masalah individual adalah individu pelaku pelanggaran Sebaliknya di dalam masalah kelompok maka tindakan korektif harus ditujukan kepada kelompok diagnosis yang keliru pula.
C. MENGATASI MASALAH PENGELOLAAN KELAS
Untuk dapat menangani masalah pengelolaan kelas secara efektif, guru hendaknya mampu : (lalu Muhammad Azhar 1993:92)
1. Mengenal secara tepat berbagai masalah pengelolaan kelas baik yang bersifat perorangan maupun kelompok.
2. Memahami pendekatan yang cocok dan yang kurang cocok untuk jenis masalah tertentu.
3. Memilih dan menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk memecahkan masalah dimaksud.
Menangani masalah-masalah pengelolaan kelas, guru dapat menggunakan beberapa pendekatan
a. Pendekatan anjuran dan larangan (untuk guru sendiri) :
1). Jangan menegur siswa di hadapan kawan-kawannya
2). Jangan menggunakan nada suara yang tinggi dalam
memberi peringatan.
3). Bersikap tegas dan adil terhadap semua siswa.
4). Jangan pilih kasih.
5). Buktikan terlebih dahulu siswa itu bersalah sebelum memberikan hukuman.
6). Patuhilah aturan-aturan yang telah kita tetapkan.
b. Pendekatan penguatan tingkah laku.
Jika tingkah laku tertentu diberi ganjaran maka tingkah laku itu cenderung diteruskan. Tingkah Laku yang diperkuat adalah "yang positif dengan ganjaran agar perbuatan itu diteruskan, sedang "yang negatif" dengan ganjaran yang bersifat mengurangi atau meniadakan perangsang kenegatifan itu.
c. Pendekatan iklim sosio-emosional;
Pendekatan ini dibangun atas dasar pandangan bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi hubungan baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Hubungan guru-siswa terutama sekali dipengaruhi oleh
1). Keterbukaan/sikap tidak pura-pura,
2). Penerimaan dan kepercayaan guru terhadap siswa, dan
3). Simpati guru terhadap siswa-siswanya.
d. Pendekatan proses kelompok
Dalam pendekatan ini, peranan guru adalah mengembangkan dan mempertahankan keeratan hubungan antar siswa, semangat produktivitas dan berorientasi pada tujuan kelompok. Bila guru menangani tingkah laku yang menyimpang melalui pendekatan ini tujuannya adalah untuk membantu kelompok itu bertanggung jawab atas perbuatan anggota-anggotanya.
Ada pula pendekatan yang terkadang sering digunakan, yang sebenarnya merupakan pendekatan yang "tidak tepat untuk menangani masalah-masalah yang timbul di dalam kelas, yakni tindakan-tindakan :
1. Menghukum atau mengancam:
a) Menghukum dengan kekerasan atau pengusiran.
b) Memaksakan berlakunya larangan-larangan.
c) Menghardik, mencemooh.
d) Menghukum salah seorang siswa sebagai contoh bagi siswa yang lain.
e) Memaksakan tuntutan-tuntutan kepada siswa.
2. Tindakan pengalihan atau sikap masa bodoh.
a) Meremehkan sesuatu kejadian atau tidak berbuat apa-apa sama
sekali.
b) Menukar anggota kelompok dengan mengganti atau
mengeluarkan anggota tertentu.
c) Mengalihkan tanggung jawab kelompok kepada perorangan.
d) Menukar suatu kegiatan (yang seharusnya dilakukan oleh siswa
e) untuk menghindari tingkah laku tertentu.
3. Penguasaan atau penekanan.
a) Memerintah, memarahi, mengumpat.
b) Memakai pengaruh orang lain yang berkuasa (misalnya orang
tua, Kepala Sekolah)
c) Menyatakan ketidak setujuan dengan kata-kata yang tidak
wajar,
d) Melakukan tindakan kekerasan sebagai pelaksanaan ancaman
yang telah diberikan
e) Menggunakan hadiah kepada yang patuh sebagai perbandingan
bagi yang melanggar
f) Mendelegasikan wewenang kepada siswa untuk memaksakan
penguasaan kelas.
Ahmad rohani (2004; 127) berpendapat bahwa Dimensi pencegahan dapat merupakan tindakan guru dalam mengatur lingkungan belajar, mengatur peralatan, dan lingkungan sosio emosional
Sumber diambil dari : Salman Rusydie, Prinsip-prinsip Manajemen Kelas,
(Yogyakarta: DIVA Press, 2011), hal 61-62
Terimakasih ilmunya pa
BalasHapussma-sama semoga bermanfaat
BalasHapus