KEISTIMIWAAN MALAM LAILATULQODAR DALAM EKPRESI EMPAT PUISI KARYA (R.KYRANI)

 KEISTIMIWAAN MALAM  LAILATULQODAR
DALAM EKPRESI EMPAT PUISI KARYA R.KYRANI

Sebagai umat islam meyakini bahwa malam Lailatulqodar, adalah malam yang istimewa, yang terjadi dalam bulan Ramadhan, keyakinan tersebut didasarkan pada Al-Qur’an digambarkan sebagai malam seribu bulan. Deskripsi tentang keistimewaan malam tersebut terdapat pada Surah Al—Qadar surat ke 97. Berdasar hal tersebut umat islam meyakini bahwa malam itu lebih baik dari malam seribu bulan. Dan malam itu sebagai malam pelimpahan keutamaan yang dijanjikan oleh Allah kepada umat islam yang berkehendak untuk mendapatkan bagian dari pelimpahan keutamaan itu. Keutamaan ini berdasarkan nilai Lailatulqadar sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa terjadinya malam Lailatulqadar itu pada terjadi 10 malam terakhir bulan Ramadan, hal ini berdasarkan hadis dari Aisyah yang mengatakan: " Rasulullah 

Shallallahu 'alaihi wa sallam beriktikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dan dia bersabda, yang artinya: "Carilah malam Lailatulqadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadan" " (HR: Bukhari 4/225 dan Muslim 1169).

Berdasarkan hadis tersebut sudah menjadi keyakinan dan pengetahuan, umum bahwa Lailatulqadar kemungkinan akan "diwujudkan" oleh Allah pada malam ganjil, tapi mengingat umat islam memulai awal puasanya ada kalanya pada hari dan tanggal yang berbeda, maka  bagi umat islam yang menghendaki keutamaan dari malam tersebut maka mencarinya setiap malam. 

Sebagai umat islam yang meyakini hal tersebut tentu saja betapa inginnya mendapatkan anugrah Allah di malam Lailatulqodar, maka berusaha untuk meraihnya dilakukan dengan cara beritikaf /beribadah di mesjid bagi  kaum laki-laki dan  beribadah di rumah atau di mushola masing masing bagi kaum perempuan. Di malam tersebut banyaknya maikat yang turun ke bumi sehingga saking banyaknya malaikat yang turun malam tersebut digambarkan malam yang sempit seperti yang ditegaskan dalam surat Al-Qadr. Penggunaan Qadar untuk melambangkan kesempitan dapat dijumpai pada surah Ar-Ra'd ayat

26: Allah melapangkan rezeki yang dikehendaki dan mempersempit (bagi yang dikehendaki-Nya)

Melalui kumpulan puisi Lailatul Qadar di bawah ini  semoga dapat menambah keinginan untuk semakin giat beribadah dan memohon ampunan di sepuluh hari terakhir bulan suci Ramadhan ini. 


Puisi Pertama


Amalan Seribu Bulan

Oleh: R. Kyrani


Masih asyik dalam sujud seorang hamba

Di timpa luahan air mata

Sadar betapa menggunungnya dosa

Malam seribu bulan, akankah dapat mengimbanginya?


Seorang hamba, mengerti bahwa amal akan ditimbang

Keburukan bisa jadi penghalang

Kala menuju taman surga yang rindang


Bisakah sebab lailatul qadar

Beratnya dosa sedikit pudar

Sebab amalan seribu bulan telah ditebar


Hanya Ilahi yang mampu menilai

Seorang hamba cukuplah merangkai

Amalan tak putus dan tak cerai

Sesedikit mungkin dosa disemai


Puisi Kedua


Sepuluh Simpuh

Oleh: R. Kyrani


Entah malam yang mana

Sepuluh hari aku meraba

Mencari-cari malam mulia

Lailatul qadar disebutnya

Dalam urai air mata

Aku hanya ingin berjumpa

Ikhlas menanti, tanpa mengaduh

Tak apa, simpuhku hanya genap sepuluh



Puisi Ketiga


Dalam Genggaman-Mu

Oleh: R. Kyrani


Malam ini ku serahkan penuh

Jiwaku yang berharap dengan utuh

Tak lelah meski ribuan detik dalam simpuh


Yaa Rabb, genggam hati yang hamba ulurkan

Meski berkalang dosa dan kemaksiatan

Masih bolehkah hamba mengharap ampunan

Melalui pasrah di malam seribu bulan


Kata mereka ampun-Mu tak terbatas

Saat hamba-Mu datang, Engkau akan memeluknya dengan lekas

Meski tadinya mereka menolak-Mu dengan keras


Jadi, meski catatan dosa diri ini sungguh panjang

Dengan jumlah kebaikan yang hanya berbilang

Semoga amal dan pasrahku di malam yang tenang

Bisa menjadikan neraca perhitungan lebih seimbang


Puisi Keempat


Andai Mengenal-Mu Lebih Cepat

Oleh: R. Kyrani


Sesal sering meraja hati

Mengapa tak sejak dulu kujemput jalan Ilahi

Setelah bermandi dosa dan hina

Baru ku bisa melihat secercah cahaya

Andai mengenal-Mu lebih cepat

Tapi, bukankah saat ini juga belum terlambat?

Aku masih berkesempatan beroleh rahmat

Saat nyawa belum tercekat

Menangis aku

Tergugu

Dalam semua tawaran ampunmu

Bahkan bila catatan amalku tak penuh seujung kuku

Tak apa hanya bila sudah ada sesal dalam kalbu

Di malam seribu bulan

Hati ini aku serahkan

Walau entah setara berapa juta bulan kesalahan

Aku percaya, Engkau masih yang Maha pemilik ampunan

Posting Komentar untuk " KEISTIMIWAAN MALAM LAILATULQODAR DALAM EKPRESI EMPAT PUISI KARYA (R.KYRANI)"