INDONESIA BUKAN KEKURANGAN GURU
TAPI KEKURANGAN GURU PNS/P3K
![]() |
INDONESIA BUKAN KEKURANGAN GURU TAPI KEKURANGAN GURU PNS/PPPK |
Menjadi guru, sebuah merupakan pengabdian untuk mencerdaskan generasi negeri ini, bagi PNS sudah menjadi profesi yang dihargai dengan gaji dan tunjangan yang cukup memadai. Jika ada guru PNS yang masih mengeluh dengan pendapatannya mungkin karena kurangnya rasa syukur dan kelemahan dalam memeneg pendapatannya.
Realita di negeri ini, memang tidak kekurangan guru tapi kebanyakan berstatus guru honorer yang statusnya kebanyakan tidak jelas. Para guru honorer mereka berusaha mensetarakan kemampuan dalam mendidik para siswa, walaupun tanpa jaminan seperti yang didapat guru PNS, mereka tetap hadir disekolah tak kalah sigap, malah mereka selalu siap menerima amanah dan tugas yang kadang lebih besar dari teman sejawatnya yang telah berstatus PNS di sekolahnya. Mereka kadang-kadang tak berani mencurahkan isi hatinya takut ada penekanan dari pihak yang berwenang.
Kita akui jarang sekolah yang meminta mereka untuk jadi sukwan, tapi mereka datang sendiri, tentu saja pihak sekolah terutama Kepala Sekolah menerima mereka, karena kehadiran mereka sangat dibutuhkan. Walaupun saat-saat ini ada larangan Kepala Sekolah tidak diperbolehkan mengangkat Sukwan, tapi tetap saja mereka diterima dengan status yang tidak jelas. Bayangkan saja hampir tiap sekolah jarang dipenuhi oleh guru PNS/PPPK, Kebanyakan di sekolah hanya terdiri dari 2 sampai 4 orang Guru PNS/PPPK sedangkan setiap sekolah di SD standar terendah dibutuhkan 8 Guru yang terdiri dari 6 guru kelas 1 guru Agama dan 1 orang Guru Olah Raga. Tentu saja dari pada pelayanan pada siswa tidak terpennuhi Kepala sekolah menerima Guru Sukwan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan, walaupun untuk masa-masa sekarang sulit dimasukkan pada Dapodik.
Sekali lagi kebutuhan guru di sekolah memang sudah terpenuhi, tapi guru PNS/PPPK lah yang sangat dibutuhkan, bukan karena kompetnsi guru sukwan sangat rendah, mereka cukup memenuhi syarat seperti yang digambarkan di atas. Mereka tidak menargetkan honor yang akan diberikan pihak sekolah, tapi mana ada kepala sekolah yang tega tidak memberikan honor pada mereka walaupun dalam honor yang kecil sangat jauh dari upah UMR di daerahnya masing-masing. Bayangkan dari kisaran honor antara 300.000 sampai kisaran 600.000 tiap bulan mereka harus bisa bertahan hidup untuk terus mengabdi. Di sisi lain kalau satu SD terdiri dari 6 guru Sukwan berarti sekolah harus mengangarkan 3 juta rupiah untuk satu bulan kalua memberikan honor Rp 500.000,00 setiap bulan. Sekolah menerima uang BOS yang sekarang diterima tiap semester, berarti untuk 6 bulan itu kisaran 18 juta rupiah jumlah yang tidak banyak dan bisa dialokasikan dari BOS, tapi tentu saja cukup menguras untuk biaya oprasional yang lain yang kadang kadang Kepala Sekolah cukup kelabakan mengatur biaya oprasional. Apa lagi bagi sekolah yang muridnya di bawah 100 orang.
Untuk keperluan guru SD banyak atau sedikit murid di SD tetap minimal diperlukan 6 guru Kelas dan 2 guru bidang apa lagi kalau dilengkapi tenaga administrasi.
Para Guru honorer..
RAJA SASTRA Klik di Sini
Beruntunglah bagi guru honorer yang telah menerima SK jadi guru telah tuntas mnegikuti program PPPK. Sebetulnya menurut penulis mengikuti program tes PPPK seharusnya tak kalian lalui, karena pengabdian kalian selama ini telah jadi bukti bahwa kalian memang para pengabdi sejati, yang bertahun bahkan berpuluh tahun melalui segalanya dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Tapi aturan mengharuskan demikian, sehingga bagi yang belum beruntung walaupun telah mengabdi sampai berpuluh tahun, tetap saja mereka berstatus guru honor yang terus bertahan dalam keterpurukan ekonomi yang terpaksa harus dilalui.
RAJA SASTRA Klik di Sini
Sekali lagi Pendidikan di negara kita sangat membutuhkan guru, tapi kehadiran Guru PNS/PPPK yang sangat ditunggu.
Penulis (Drs Undang Sumargana, MPd ) mantan Kepala SD
Yang telah mengabdi di dunia Pendidikan selama 40 th 1 bulan
Bagus, ungkapkan apa yang nyata terjadi di duania pendidikan SD. Mudah-mudahan jadi kritik yang membangun.
BalasHapusTerima kasih saranya
Hapus