PENCARIAN TUHAN MELALUI UNGKAPAN PUISI
![]() |
PENCARIAN TUHAN MELALUI UNGKAPAN PUISI |
Puisi yang baik bagaimana pun terkait dengan masalah imajinasi. Imajinasi merupakan sebuah dunia, Bagi dirinya untuk bercakap dengan alam, bahkan menemukan kebahagiaan “bercakap dengan tuhan”. Dalam arti pencarian tuhan yang tak dapat dicapai selain dengan pengembangan agama yang benar.
Bahasa tidak mungkin mampu menggambarkan secara paripurna realitas imajiner yang berlangsung dalam kerja mental sang penyair. Sama halnya dengan keterbatasan cat atau warna dalam mewujudkan pencitraan realitas di atas kanvas. Puisi dan lukisan bukanlah wujud dari imajinasi itu sendiri, ia merupakan ‘turunan’, proses konstruksi, dari aktivitas mental yang imajinatif dengan kata dan warna sebagai alat utamanya.
Penyair-sufi pada dasarnya senantiasa berusaha melampaui ruang dan waktu dan nama-nama untuk dapat menyatu dengan Tuhan. Kata dan nama tak cukup untuk berkata ketika berhadapan sesuatu yang tak terkatakan dan tak selesai. Kata terbukti tak bisa jadi alat komunikasi, karena ada komunikasi tanpa kata, tanpa bunyi, yakni komunikasi dalam
Bukankah wahyu pertama dalam Islam yang diterima Nabi di Gua Hira memerintahkan untuk membaca. Iqra, bacalah. “Bacalah, bukan bacakanlah”, kata Nukila Amal dalam Cala Ibi. “Bacalah adalah serupa bisikan, seperti gerimis hujan, desau angin, desir loakan atau gemerisik dedaunan. Bacakanlah bagai teriakan, berpengeras suara bergema ke mana-mana. Sebab bisikan lebih mengoda lebih menjamah lebih menggugah daripada teriakan. Sebab bisikan selalu jatuh lembut di telinga, tak seperti teriak yang menghantam pekak”.
Bukan cuma orang bisu yang berkomunikasi tanpa suara, tapi juga ada waktu-waktu di mana kita mengangumi komunikasi dengan seutas tali kebisuan pada seorang yang justru bisa berteriak.
Apa yang sempat terungkap hanyalah sebuah pengalaman membaca dalam diam; pengalaman yang dibentuk oleh bahasa bisu yang telah diterima sebagai suatu kesepakatan diam-diam. Sumber-utama bahasa yang tersimpan dalam memori saya sangat terbatas untuk dapat secara leluasa mengungkapkan pengalaman mistis secara langsung tanpa melalui pertemuan dengan puisi, karena setiap pengalaman bati yang lahir dari tamasya dan pendakian ke puncak-puncak terjauh itu, adalah suatu ziarah melintasi ruang-waktu yang tak kenal kembali.
Selanjutnya penulis mengajak pembaca untuk mencoba mencari makna dari puisi-puisi berikut, yang lebih dekat pada ungkapan Doa’a
Tuhan Kita Begitu Dekat
(Abdul Hadi WM)
Tuhan
Kita begitu dekat
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Tuhan.
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Tuhan.
Kita begitu dekat
Seperti angin dengan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padamu
DOWNLOADE RAJA SASTRA di Sini
Tiga Butir Permata
(Poppy)
Kau ciptakan tiga butir permata
lalu kataMu: pilihlah
dan umatMu pun memilih
dan yang lain memilih yang satu lagi
dan yang lain memilih yang satu lagi
semua cemerlang bercahaya
tapi yang satu berkata kepada yang lain:
milikku paling bercahaya
dan ketiganya saling baku hantam
ya Allah
jelaskan padaku:
mengapa Kau ciptakan tiga butir permata.
kukira inilah bebanku terberat:
belati yang menancap di dada
tak satu tangan pun dapat mencabut
kurasakan tatap mata
dan jaman tanganMu
mengelus-elus dalam senyapku
tapi hatiku pijar
terkapar dalam kesendirian
Engkau yang menurunkan Taurat
Engkau yang menurunkan Injil
Engkau yang menurunkan Quran
siapakah yang mampu menurunkan perdamaian?
ya Allah
cabutlah belati pertanyaan ini.
DOWNLOADE di Sini
Madah Pagi
(Dami N. Toda)
Terpujilah Allah Mahatinggi terpujilah Esa
tak terbagi terpujilah Luhur tak berdasar
terpujilah Sabda Fajar tak terperi terpujilah
Suci tak terbanding terpujilah Besar tak
terukur terpujilah Kuasa tak terselam
terpujilah Cahaya dari warna terpujilah
Mahamuara ruang dari waktu terpujilah
Maha
DOWNLOADE di Sini
Para Kekasih
(Acep Zamzam Noor)
Attar telah bernyanyi tentang burung
Yang terbang dari dahan-dahan jiwa
Sana’i telah menanam dan memetik mawar abadi
Telah banyak nyanyian dan juga kesedihan
Dibisikkan angin yang memuja keramahan Sulaiman
Batu-batu digosok para kekasih menjadi nilam sejati
Dan udara dipenuhi aroma hati yang terbakar
…
Di sepanjang Laut Tengah yang tawar
Langit bagaikan logam yang disepuh keemasan
Di sana Yunus melihat sajak-sajaknya dalam kaligrafi
Yang sulit dibaca. Tapi ikan-ikan dapat membacanya
Kadal-kadal telah membacanya dengan mata terpejam
Karang-karang menyusut menjadi butiran pasir
Dan laut membukakan lembaran-lembaran buku
Hafiz menyuling anggur dari kebun hatinya
Lalu mengundang burung-burung untuk mabuk bersama
Jami bergoyang-goyang di antara dua cawan besar
Yang disajikan langit dan bumi pada kehidupan
Tak terhitung berapa lagu dan juga airmata
Disalurkan sungai-sungai rahasia ke Safa dan Marwah
Menjadi gelombang para kekasih yang mengalir
Posting Komentar untuk " PENCARIAN TUHAN MELALUI UNGKAPAN PUISI"