CALON PEMIMPIN CIUNG WANARA
MENUJU PEMIMPIN CIUNG LODAYA
![]() |
ilustrasi pemimpin ciung lodaya |
Raja Sastra Ketelitian dan kecerdasan rakyat memilih pemimpin, merupakan hal pokok, yang dapat mendatangkan kemajuan suatu negara. Koalisi partai memang tidak bisa dihindari dalam berdemokrasi di negara kita yang akhirnya terjadi politik transaksional yang membawa pengelolaan negara dalam kegagalan. Hal ini bisa ditandai dengan bagi-bagi kavling kekuasaan, karena banyak para pemimpin yang menginginkan kekuasaan secara instan tidak mau menempuh ekslusi kepemimpinan.
Bacaan lainya:
- 80 KATA BIJAK ISLAMI YANG MENUNTUN KITA DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI
- PENDAFTARAN CPNS DAN PPK RESMI DIUNDUR
- KISAH UNIK SUKU VADOMA YANG MEMPUNYAI KAKI MENYERUPAI KAKI BURUNG UNTA
Dalam hal ini kami akan membahas tipe-tipe kepemimpinan menurut pandangan orang Sunda, walaupun tidak munutup kemungkinan gambaran kepimpinan ideal dari suku lain. Penjelasan tersebut didasarkan pada Disertasi karya Husin M. Al-Banjari dengan udul “BUDAK ANGON DISKURSUS KEPEMIMPINAN SUNDA MENUJU KEKUASAAN”
Menurut beliau Kepemimpinan Sunda terdiri dari
1. Subjek Nondiskursip : Kuya Bodas, Hurang Catang
2. Subjek Diskursif: Badak, Lodaya, Lutung, Ciung
3. Ciung Wanara model Ideal untuk menjadi Pemimpin
Mari kita bahas satu persatu
1. Subjek Nondiskursip : Kuya Bodas, Hurang Catang
Kuya Bodas HurangCatang digambarkan oleh tradisi tutur sebagai pemeran subjek yang menginginkan kekuasaan secara instan tidak mau menempuh system eksklusi kepemimpinan, hal ini tersirat dari kalimat “Nyegatan di saban muara, beusi haur palid di bawa cai” (Pantun Bogor Lakon Pakuan Pajajaran Beukah Kembang )- (PBI) (menunggu di setiap muara siapa tahu haur hanyut terbawa air )calon-calon pemimpin sepereti ini tidak berpikir proses penting di hulu hulu (saperti, tapa ngalalana, silanglang, kabuyutan), tapi mereka langsung saja mencari keuntungan di hilir/dimuara dari pada menempuh sistem eksklusi. Calon Pemimpin model kuya bodas dan hrang catang lebih disibukan oleh bagi-bagi kavling kekuasaan.”ngaing jeung Ki Catangmah deuk jaradi jelema… ngaing deuk nyokot tanah bogaeun ngaing jadi Raja, lobana cengkaleun ngaing PBI h.22 (aku dan Ki Catang mau langsung berkuasa, akum au mengambil tanah jatah punyaku di mana aku jadi pemimpinya, luasnya aku atur sendiri.
Orang yang ingin langsung berkuasa dan enggan menempuh sistem inilah yang digambarkan oleh calon pemimpin “Kuya Bodas-Hurang Catang” Calon pemimpin seperti ini apa bila terbukti jadi pemimpin sama saja dengan merencanakan kegagalan prestasi kepemimpinan Sunda, atau siapapun calon pemimpinya. Hal ini akan terlihat dari cara-cara menggaet masa, baik mengandalkan ketenaran leluhurnya, atau saudaranya. Dari kalimat lain “Mantuan di liliyuran tapi arinyanamah ngarep-ngarep jasa keuna buruh/PBI.h20 (Bukan membantu sekedar ikut-ikutan tapi Kuya dan Catang, mereka mengharapkan jasa dan upah). Ini cara berpikir model pemimpin seperti ini dalam benak mereka tidak ada makan siang yang gratis, semua aktivitas ada pertukaran antara balas budi dan harganya, dan prilaku politik transaksional seperti itu banyak dipraktekan dalam calon kepemimpinan sekarang dan sulit dihindari.
Prestasi pemimpin model ini seperti digambarkan pantun seperti digambarkan di bawah tuan besar “Jaradi badega ka urang wetan bari muji-muji Pamujan Sabrang” /PBI.h22 (menjadi pembantu pada orang Wetan, sambal memuji-muji kepercayaan asing). Pemimpin seperti ini senang jadi orang no 2, nyaman berdiri di belakang, sambal memuji-muji keyakinan impor, bahkan ada kalanya lebih mementingkan bangsa lain dari pada rakyat sendiri. Inilah pemimpin model Kuya Bodas-hurang Catang. Watak kepemimpinan yang suka mengekor pemikiran sabrang (asing). Pemimpin seperti ini tidak akan mnyumbangkan untuk kebesaran negerinya, karena pemikiran mereka sendiri sebenarnya sudah tercerabut dari akar dari akar-akar lokalitasnya
Persoalan terbesar dari modelpemimpin seperti ini (Kuya Bodas dan Hurang Catang) terletak pada tidak ada keinginan untuk menempuh sistem ekslusi kepemimpinan sehingga tdak ada lagi pertahanan diri untuk menopang, misalnya misi kepemimpinan mensejahtrakan rakyat, karena lebih memberikan perhatian pada dirinya dan asing yang jadi pujaanya. Bahaya besar akan dating daridirinya karena benar-benar larut dalam kekuasaan, karena kekuasaan membuat mabuk dan buta. Dalam bisa berubah menjadi instrument terror bagi rakyatnya sendiri, padahal hakekat kekuasaan itu bukan semena, mena bukan membohongi masyarakat, bukan mnyakiti hati masyarakat, bukan manipulasi, bukan institusional apalagi kekerasan dengan memerangi rakyat sendiri. klik di sini
Bersambung bagian 2
Sumber: Budak Angon Diskursus Kepemimpinan Sunda Menuju Kekuasaan
Posting Komentar untuk "CALON PEMIMPIN CIUNG WANARA MENUJU PEMIMPIN CIUNG LODAYA"