KEKUASAAN ITU BUKAN KEWENANGAN
TAPI KEWENINGAN
![]() |
KEKUASAAN ITU BUKAN KEWENANGAN TAPI KEWENINGAN |
Kekuasaan itu bukan kewenangan tetapi keweningan , bukan sekedar otoritas tetapi otoritas yang tertranformasi menjadi bagaimana cara kesejahtraan umum dapat dicapai denganmenggerakkan aparatur pelayananyang professional. Kekuasaan bisa diraih tanpa pengetahuan, sebab dalam negara demokrasii-, seperti di kita asal banyak pengikut preman sekalipun bisa menjadi penguasa. Tapi perlu di ingat kekuasaan yang esensial hanya bisa diraih dengan pengetahuan. Kebodohan seorang pemimpin akan mudah dikendalikan orang dan berakhir dengan menyengsarakan rakyat. Salasatu esensi kekuasaan adalah menolong orang lain sekaligus menolong diri sendiri. Yang dimaksud bukan hanya menolong kelompoknya saja, tapi menolong semua rakyat, yang mulanya tidak berpihak sekalipun. Kekuasaan akan menjadi jalan kehancuran wibawanya kehancuran dirinya, jika melahirkan birokrasi yang korup.
Kekuasaan itu bukan kewenangan tetapi keweningan, hal ini sesuai dengan cara pandang orang sunda “kedudukan tersebut bukan untuk beroleh kekayaan atau kehormatan semata, melainkan untuk menolong sesame manusia “ (Rusyana, et.al, (red), 1988:252). Ingat sekali lagi bahwa kekuasaan yang esensial hanya bisa diraih dengan pengetahuan “Eusi jaya tina pangarti nu teu pahili” (isi kejayaan dari pengetahuan yang tidak tertukar), atau “Eusi kakuatan sagala bersih” (isi kekuatan dari segala yang bersih). Kekuasaan yang korup akan dibenci rakyat yang akhirnya menyebabkan runtuhnya kekuasaan tersebut.
Kekuasaan itu bukan kewenangan tetapi keweningan , selain itu kekuasaan itu bukan pengaruh (influence), tapi pengetahuan (knowledge), Kekuasaan sebagai pengaruh apa lagi mengandalkan pengaruh dari orang tuanya. Itu akan menjadi pemimpin tive “hurang catang” atau penguasa tipe “Kuya bodas”. Kalau kekuasaan hanya berdasarkan mengandalkan kewenangan, itu akan menjadikan dirinya bertindak tidak memikirkan Nurani rakyat, memutuskan sesuatu hanya berdasarkan kerakusan naluri yang dibungkus dengan kekuasaan. Mentang mentang dirinya sedang berkuasa, tapi dia hanya berpikir keuntungan dirinya dan koloni koloninya, yang akhirnya dibuat peraturan dengan dalih kesejahtraan padahal dalamnya demi diri dan kelompoknya.
Kekuasaan itu bukan kewenangan tetapi keweningan , kekuasaan yang didasarkan pada keweningan akan melahirkan tindakan yang sangat dikagumi rakyat dan itu tidak dilakukan sesaat, hanya untuk pencitraan agar dipilih rakyat, tapi betul-betul berdasarkan keweningan hati/kebersihan hati yang didasarkan keikhlasan. Rakyat akan tunduk bulkan karena takut, tapi karena cinta kepada pemimpinnya. Pemimpin yang menjalankan roda pemerintahan berdasarkan pada keweningan, akan dicintai oleh rakyat, dan akan menjadikan penguasa yang melegenda dikenang sepanjang masa. Pemimpin seperti itu walaupun sudah tiada tapi tetap hidup dalam hati masyarakat. Memang pada dasarnya tak akan bisa mencari pemimpin yangdi cintai seluruh rakyat, tapi rakyat yang jahatlah yang membenci pemimpin yang baik. Orang jahat akan merasa dirinya terhalang untuk bertindak dengan segala kekhendaknya dan kehausan untuk memenuhi kepentingan diri dan kelompoknya.
Dalam falsapah orang Sunda yang melahirkan kekuasaan saya sekali lagi adalah pengetahuan (keweningan) bukan otoritas (kewenangan)
8 Cara mempertahankan Kekuasaan
RAJA SASTRA-Mempertahankan kekuasaan adalah hal yang baik dan perlu dilakukan, tapi tidak dengan cara pembohongan, pembungkaman dengan menakut nakuti, atau dengan politik uang, sehingga program yang dijalankan hanya diakui dari kelompok tertentu untuk membodohi rakyat.
Bacaan Lainnya:
- PENDEKAR ROMANTIS O6 KITAB PANCA LONGOK BAGIAN 2
- RAMALAN PRABU SILIWANGI TENTANG PRESIDEN RI TAHUN 2024
- 5 MANFAAT SIRSAK BAGI KESEHATAN TUBUH
Cara mempertahaknan kekuasaan yang baik dapat dilakukan dengan:
- Aparatur yang professional
- Aparatur tidak korup
- Komunikasi: perintah, jadi ajakan
- Disiplin dan sanksi aparatur
- Penghasilan cukup dan harga-harga murah.
- Ekonomi negara kuasai perdagangan dunia, bukankita yang dikuasaidunia
- Aparatur Pelayanan, bukan “Pemerintah” Maksudnya dirinya memempatkan sebagai pelayan masyarakat bukan pengabdi penguasa.
- Tidak sewenang-wenang.
Demikian tulisan yang penulis sajikan sbagai pandangan politik dalam penyelenggaraan pemerintahan, tidak maksud menyinggung seseorang atau golongan. Klik di sini
Sumber Bacaan:
Budak Angon Diskursus Pemimpin Sunda Menuju Kekuasaan
(Husin M. Al-Banjari)
Terima kasih
BalasHapus