4 PUISI PUISI RAEDU BASHA PENYAIR JEBOLAN PESANTREN

MENGENAL PUISI PUISI RAEDU BASHA
PENYAIR JEBOLAN PESANTREN

Raedu Basha adalah penyair jebolan pesantren. Raedu Basha, nama pena dari Badrus Shaleh (Basha), biasa dipanggil Raedu. Lahir di Sumenep, Madura, 3 Juni 1988. Pendidikan santrinya dimulai dari Pondok Pesantren Darussalam Bilapora Ganding Sumenep, kemudian Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk Sumenep, Pondok Pesantren MUS Sarang Rembang Jawa Tengah. Saat itu Raedu beraktifitas sebagai peneliti dan pelajar departemen antropologi budaya Universitas Gadjah Mada sambil mengelola Ganding Pustaka.

RAJA SASTRA- Raedu Basha adalah penyair jebolan pesantren. Raedu Basha, nama pena dari Badrus Shaleh (Basha), biasa dipanggil Raedu. Lahir di Sumenep, Madura, 3 Juni 1988. Pendidikan santrinya dimulai dari Pondok Pesantren Darussalam Bilapora Ganding Sumenep, kemudian Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk Sumenep, Pondok Pesantren MUS Sarang Rembang Jawa Tengah. Saat itu Raedu beraktifitas sebagai peneliti dan pelajar departemen antropologi budaya Universitas Gadjah Mada sambil mengelola Ganding Pustaka. Pernah diundang mengisi program-program sastra seperti Ubud Writers & Readers Festival 2015, Festival Kebudayaan Islam Universitas Negeri Sebelas Maret 2015, Festival Kesenian Yogyakarta 2014, dll. Raedu menjadi kurator tetap beberapa program sastra mahasiswa sejak 2014-sekarang, seperti Festival Sastra UGM, Bulan Bahasa UGM, Festival Kebudayaan Arab UGM, Etnika Festival, dll. Buku puisinya berjudul Matapangara (Ganding Pustaka, 2014), novel Melting Snow (Diva Press, 2014) dan album pembacaan puisi Yang Gemetar di Bibirmu (2016). Raedu memenangkan penghargaan sastra, antara lain, Piala Rektor IAIN Purwokerto sebagai pemenang cipta puisi se-ASEAN (2017), 

Raedu Basha adalah penyair jebolan pesantren. Ia pemenang puisi Qur’ani Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) (2016), pemenang esai sastra nasional oleh Pesantren Mahasiswa An-Najah Banyumas (2016), pemenang menulis cerpen PCINU Maroko & Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Maroko (2016), pemenang utama cipta puisi TV9 & Muktamar 33 Nahdlatul Ulama (2015), pemenang Anugerah Seni dan Sastra Universitas Gadjah Mada (2014), pemenang cipta puisi Jurnal Sajak Jakarta (2014), pemenang cerpen Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (2012), pemenang cipta puisi Piala Walikota Surabaya (2007), juara baca puisi tiga bahasa Al-Amien Prenduan (2007), hadiah puisi IPB (2007), pemenang cipta puisi Taman Budaya Jawa Timur (2006), pemenang sayembara puisi Pusat Bahasa Depdiknas RI (2006), dan lain-lain. Puisi, cerpen, esai, ditayangkan media massa dalam dan luar negeri: Horison, Basis, Media Indonesia, Jawa Pos, Republika, Indopos, Utusan Malaysia, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Pikiran Rakyat, Surabaya Post, Solopos, Sumut Pos, Riau Pos, Fajar Sumatera, Fajar Makassar, Cakrawala Makassar, Rakyat Sumbar, Merapi Pembaruan, Bende, Banjarmasin Post, Radar Banjarmasin, Radar Sukabumi, Radar Madura, Koran Madura, Kabar Madura, Kuntum, Tebuireng, NU Online, Sidogiri, Sabili, Kanal, kompas.com. 

Raedu Basha adalah penyair jebolan pesantren. Buku bersama yang memuat karyanya: Requime Tiada Henti (100 sajak penyair ASEAN, 2017), Dari Gentar Menjadi Tegar (Komisi Pemberantasan Korupsi, 2016), Sepotong Kisah dari Sudut Pesantren (Kedutaan Besar Republik Indonesia Maroko, 2016), Seratus Puisi Qurani (Persaudaraan Muslimin Indonesia, 2016), Satu Cerita dalam Satu Malam (Cerpen Pilihan Suara Merdeka, 2016) Ketam Ladam Rumah Ingatan (Lembaga Seni Sastra Reboeng, 2016) Surabaya Memory (Perpustakaan Universitas Kristen Petra, 2016), Gelombang Puisi Maritim (Dewan Kesenian Banten, 2016), 17.000 Islands of Imagination (Ubud Writers & Readers Festival 2015), Jalan Remang Persaksian (Tembi Rumah Budaya & Lembaga Perlindungan Saksi Korban, 2015), Memo untuk Presiden (Forum Sastra Surakarta, 2014), Puisi di Jantung Tamansari (Festival Kesenian Yogyakarta, 2014), dan terbitan sebelumnya sejak tahun 2003.


Puisi-Puisi Raedu Basha

arsippenyairmadura.com, 13 Mar 2017


1. Ternyata Sudah Sangat Malam


ternyata sudah sangat malam

aku bersama waktu

bertukar sepi bertukar mimpi

detik-detik menghantarkan alur menungku

ke segala penjuru, melaju

sedayu daun kering dalam sepoi angin

kuragah asa mungkin rembulan rapatkan cahaya

kejora berkilap di dada

kupecut jantung berdegub kencang

ya malika kulli hal

aku ksatria yang terluka dalam perang

aku tak ingin mati sebelum menang

membunuh musuh di dalam diri…

nurani dan birahi

bercakap tentang gairah yang bergelombang

hati dan pikiran berkeluh:

ke mana hendak melangkah, o, ke mana

hendak melangkah?

ke arah angin berseling siul seruling

ataukah ke udara perkasa menerompa lautan

kemudian menantang badai?

bunyi katak bercumbu di tengah sawah

kerikan jangkrik mengalun di semak sebelah

kurasakan pekat sangat burat

gelap teramat gelap

jiwa suram ibarat purnama terburam awan

ternyata sudah sangat malam…

2007


2.Menatap Las Vegas

menatap Las Vegas

bangunan-bangunan menjulang

mencakar langit atmosferku

emosi karam di antara gemerlap lampu

berdecaklah jagad kuldesak

sambil kueja mantra-mantra Sakera

sekedar membuang ketir dan gemuruh

yang ranggas di dalam otak

seperti inikah Madura kelak

posmodernism

megapolitan disajikan bagi anakputuku

hidangan dunia yang gila

di mana tak kudengar

nyanyian sumbang kakek lugu

seperti tembang kae menjelang tidurku

masihkah garam tetap asin

bila bir bertumpahan di lautan

kesunyian terhantam

akal menjadi kekuatan

birahi di atas nurani!

menatap Las Vegas

bagai kupandang bebukitan

Payudan hingga Sinongan tersulap tol

jembatan gantung

goa-goa menjelma terowong jalan

mengusir para pertapa

gelora perjalanan matahari di asa

kacong-cebbingku

di dada sawah, bola-bola golf berhamburan

asap mesin polusi perkasa

mencabuli semerbak tembakau

tempat eppa’ dan embu’ meremas keringat

membingkai senyum di garis-garis ritmis

Madura!

celurit yang dulu kau asah

bergeletakan sudah…

2006


3. Radarparana

tersimpan di manakah degubmu

aku mencarinya sedalam lautan

dengan segenap keraguan yang berpacu

setiap batu kuketuk, sepanjang karang kutelusuk

hanya derak yang bisu, selebihnya

gelembungan luka sisa siksa.

sedetak melecut, engkau menyemakku

tapi degubmu menyekam seperti rahasia dalam rahasia

aku melangkah ke hutan mungkin di sana ia tersimpan

dari Boerneo sampai Amazon, udara hanya mengurai

daun kering, bintang cuma bermain debu

hingga aku membakar pepohon dan pepucuk mata angin.

dalam kegalauan aku bertanya

di manakah kiranya tanda jantungmu

yang tak pernah kusua di saban dada

yang tak pernah ada selain milikmu yang misteri

pernah kumengira setiap semerbak bunga

adalah gaharu degubmu. pernah kumenyangka

segala bisik cempaka adalah ruang parut rasamu.

setelah terus kutilik baru aku mengerti

tangkai akan lesup tetapi degubmu sepanjang hidup

aku pergi ke langit barangkali degubmu di situ

yang menurunkan hujan saat sembilu

kiranya kedip kilat atau purnama-surya

yang kemilau-bercahaya adalah warna tenguknya

tapi o lagi-lagi, hanya setumpuk awan tanpa tenaga

cuma sengat halilintar yang menambah carut tanya

terkadang aku merasa degubmu seumpama sepi

yang diterawang lewat kontemplasi

dunia yang tersentuh namun tak tersentuh

legat pikiran laksana mimpi bertemu Tuhan

2012

Bac yang lainnya

BACA JUGA

4. Mayat Sepi

1

aku bukan dia yang mati di dalam pembakaran

tapi aku mayat di dalam sepi

menanggung berat kesunyian

dan pahala pada sebuah diam

jika waktu terlalu silau memandang rembulan

maka bacalah deritaku di antara lubang dada

huruf-huruf tereja bersama

nyanyian jantung

rentap

2

aku bukan dia yang mati membawa api

tapi aku mayat di dalam janji

yang disulut matahari

menggantung mimpi

di dalam langit pikiran

jika ruang terlalu sempit buat menumpahkan isi hati

maka keluarlah dari angan

kepada harapan demi harapan

sampai kata-kata akan tersemat kala senja

terlalu berat untuk tenggelam

2006

KLIK DI SINI

Posting Komentar untuk "4 PUISI PUISI RAEDU BASHA PENYAIR JEBOLAN PESANTREN"