DENGARLAH NYANYIAN SEEKOR BURUNG KECILDAN RINTIHAN PERCAKAPAN OMBAK
![]() |
DENGARLAH NYANYIAN SEEKOR BURUNG KECIL DAN RINTIHAN PERCAKAPAN OMBAK |
RAJA SASTRA - Nyanyian seekor burung kecil dan rintihan percakapan ombak , adalah tulisan yang penulis angkayt kali ini . Di sini penulis mencoba berimajinasi dari pengalaman-pengalaman yang di dapat.
Hari minggu yang lalu ku lihat seekor burung kecil dengan bulu kecoklatan, hinggap di sebuah ranting dahan yang telah mongering, kepalanya tengadah menatap langit, diam dalam kebisuan atau bisu dalam diam. Maka kujadikan ini sebagai insfirasi menulis sebuah puisi
Selamat membaca:
Seekor Burung Kecil
(Oleh: Undang Sumargana)
![]() |
nyanyian seekor burung kecil |
Hinggap di ranting kering
Ia coba menatap langit
atau coba menerka langkah kaki
dari perjalanan manusia
Ketika burung kecil berpindah tempat
Menghindari raungan mesin penebang kayu
dari kejamnya peradaban kehidupan manusia
Yang saling melindas saling mencakar.
Seekor burung kecil
Coklat laksana ranting kering
Menatap langit dalam diam
Entah takut i hujan besar
Atau menyusun doa
Yang selalu di panjatkan
Pada langit kelabu
Pada hati membeku
Rindu jadi tawar
Bumi bergetar dilanda banjir
Puisi selanjutnya :
Imajinasilah yang membuat puisi seolah - olah begitu lekat dengan keadaan. Penulis mencoba memilih kata yang mengandung anafora-anafora dan epifora-epifora pendek yang sangat hemat, yang mencoba berbicara dengan alam atau setidaknya mendengarkan keluhan alam tapi dengan menggunakan ketajaman batin, didasarkan penglihatan dan pendengaran dan diolah dalam fikiran melalui imajinasi yang dilahirkan dalam Bahasa. Tapi tentu saja penulis bukan Nabi sulaeman yang bisa mendengar percakapan alam, tapi ini hanya imajinasi penulis yang sangat dangkal
Selamat membaca:
BACA JUGA
RINTIHAN PERCAKAPAN DEBURAN OMBAK
(Oleh: Undang Sumargana)
![]() |
rintihan percakapan deburan ombak |
/I/
Di panasnya terik matahari
Dan deru angin yang berdebu
Rindu keindahan hanya tinggal nama
Menyisakan kejayaan sepanjang masa
Tenggelam ditelan ombak sejarah
Di sepanjang garis pantai yang bisu
Parit parit lubang bekas penggalian pasir
Seolah menantang datangnya tsunami dahsyat
Yang dirancang manusia-manusia serakah
O, Indonesiaku kasihan tanah airku
/II/
Wahai Nusantara yang mulia!
Harum kesantunan bangsaku
Yang digambarkan menetes di setiap Langkah
Penghuni bangsaku yang di kenal ramah
Kini hanya ada dalam cerita goresan di buku-buku
Pulau pulauhijau mengepulkan asap kematian
Hutan-hutan biru disapu angin keserakahan
Kita semua kehilangan cahaya kemaslahatan
III
Suatu sore segerombolan camar beterbangan
Tak mau santap ikan di laut
Karena teracuni pencemaran zat beracun buatan manusia
Kasihan mereka, kasihan laut yang menutup kejernihan matanya
Suatu waktu secercah cahya Mentari sore
Berpesan pada ombak yang membungbung ke langit
duhai sang ombak yang gagah perkasa
sapulah pemukiman manusia yang selalu berbuat masiat
Namun sang angin lembut bernegosiasi
Jangan dulu kau lakukan
Biarlah mereka bertobat dari masiat
Biarlah mereka sadar tak berbuat jahat pada alam
Akhirnya mereka leleh dalam percakapan
Larut dalam jabat tangan tanda perdamaian
IV
Menjelang malam sekuntum senyum rembulan
Menyala dalam cahya bintang kembali digdaya
Duhai Tanah Air yang kusayang!
Jangan menorehkan api dalam hutan hijau
Sebaiknya nyalakan suluh dan bergerak dalam harapan.
KLIK DI SINI
Bantarkalong - Cipatujah, 24 Oktober 2023
Posting Komentar untuk "DENGARLAH NYANYIAN SEEKOR BURUNG KECIL DAN RINTIHAN PERCAKAPAN OMBAK"