PENDEKAR ROMANTIS 06 KITAB PANCA LONGOK BAGIAN 6
![]() |
PENDEKAR ROMANTIS 06 KITAB PANCA LONGOK BAGIAN 6 |
RAJA SASTRA-"Aku tidak butuh gelar pendekar.
Itu gelar yang layak disandang orang ber-jiwa kerdil saja," sindirnya dengan sinis. "Kalau kau ingin mengenalku; akulah yang berjuluk si Dalang Setan dari Perguruan Tanduk Singa!"
"O, jadi kau gurunya si Dupa Dulang itu"!"
"Benar!" jawabnya tegas, seakan cukup bangga dengan dirinya yang dikenal sebagai guru itu. "Kau mencari Kitab Panca Longok?"
"Tak salah lagi! Tapi yang utama aku mencari orang yang telah membuat Dupa Dulang muridku itu terluka racun dan mati tepat di depanku!"
Pandu kerutkan dahi. "Apakah kau menyangka aku pelakunya?"
"Tidak. Pelakunya adalah murid si Cemara Langit. Dan aku sudah membalaskan sakit hatiku atas kematian Dupa Dulang itu. Gadis liar itu sengaja kubuat mati perlahan-lahan supaya bisa rasakan pemba-lasanku. Sekarang yang kucari adalah se- buah gua tempat penyimpanan Kitab Panca Longok. Menurut pengakuan Dupa Dulang sebelum hembuskan napas terakhir, ia mendengar percakapan Ken Warok dengan dirimu, Pendekar Romantis. Dan pada waktu ia bertarung dengan Belati Binal, kau diam-diam menghilang, melarikan diri dari pertarungan itu. Pasti kau lebih dulu sampai di gua tersebut dan mengambil kitab itu, bukan"!"
"Bukan!" jawab Pandu cepat seenaknya saja. "Kitab itu tidak ada padaku!"
"Aku harus memaksa membuktikannya dengan pertarungan kita di sini, sekarang juga!" "Kalau kau menghendaki, aku hanya sekadar melayani kehendakmu saja, Dalang Setan!" "Heaaat...!" Dalang Setan mengawali serangannya dengan ganas, sepertinya tak mau membuang-buang waktu sedikit pun. Ia melayang bagaikan singa terbang dan siap menerkam mangsanya. Tapi kecepatan gerakannya itu masih bisa diimbangi oleh Pandu Puber dengan gerakan lompat ke atas dan memutar tubuh dengan cepat.
Wuut...! Prokk...!
Rupanya kaki Pendekar Romantis bergerak menendang pada saat tubuh berputar tegak. Gerakan kaki yang menendang kuat itu mengenai kedua tangan lawan. Kedua tangan itu menghantam wajahnya sendiri. Tapi karena tendangan tersebut bertenaga dalam tinggi, maka tak aneh lagi jika tubuh Dalang Setan terpelanting ke samping dan jatuh terbanting seenaknya.
Bruss...! "Orang ini perlu kuhajar saja, tak harus dimusnahkan. Aku hanya ingin membalas perlakuannya yang keji terhadap Belati Binal," pikir Pandu dalam melangkah ke samping menunggu si Dalang Setan bangkit lagi. Apa yang dilakukan oleh Dalang Setan sungguh aneh bagi Pandu Puber. Orang itu segera bangkit dari jatuhnya, tapi tidak langsung berdiri melainkan duduk bersila. Matanya terpejam sebentar, kedua tangannya bergerak kerahkan tenaga dari atas ke bawah dengan menggenggam, lalu seperti memasukkan sesuatu ke dalam dadanya melalui tangan yang menggenggam itu. Lalu, mata Dalang Setan terbuka,
byaak...! Mata itu menjadi putih semua, tanpa manik mata yang berwarna hitam itu. Setelah matanya menjadi putih polos tanpa tato sedikit pun, tubuh yang duduk bersila itu tiba-tiba melesat terbang menerjang Pandu Puber. Kecepatan terbangnya begitu tinggi sehingga Pandu yang terperanjat tak sempat menghindar, dan dadanya terkena hantaman kedua tangan Dalang Setan yang mengandalkan telapaktangannya itu.
Buhkk. buhk...!
"Aahg...!"Pandu Puber terpental kebelakang lebih dari lima langkah dan jatuh terkapar dengan keras. Bruss...! Semak-semak menjadi tempat jatuhnya Pandu Puber. Pemuda itu menyeringai menahan ra-sa sakit di dadanya.
"Ayo, majulah kalau kau masih sanggup menandingi Raden Gatotkaca ini, Bocah ingusan!" suara Dalang Setan berubah agak besar, mirip suara satria Pringgandani yang dikenal di dunia pewayangan bernama Raden Gatotkaca itu. Pandu Puber bangkit dengan heran dan menahan napas. Untuk sejenak ia, pandangi lawannya yang berdiri dengan posisi seperti sosok wayang berperan Raden Gatotkaca. Napas yang mengandung hawa murni disalurkan pelan-pelan memenuhi bagian dadanya. Dada yang terasa panas dan remuk itu berangsur-angsur menjadi sehat kembali. Tapi Pendekar Romantis terpaksa menahan tawa setelah ia melihat apa yang dilakukan oleh lawannya. "Rupanya dia memanggil roh tokoh pewayangan yang bernama Raden Gatotkaca"! Aneh juga jurusnya itu. Dia seperti sosok Raden Gatotkaca yang berotot kawat, bertulang besi itu. Pantaskalau kedua pukulan tangannya seperti ba-ja menghantam dadaku. Pantas juga kalaudia mampu terbang dari posisi duduknya tadi. Gila! Agaknya lawanku kali iniadalah lawan yang punya kekuatan aneh."
Terdengar suara gagah berseru dari jarak delapan langkah di depan Pandu,
"Bocah ingusan! Sebaiknya serahkan kitab itu padaku supaya umurmu panjang, Nak!"
"Sudah kukatakan aku tidak membawa kitab itu, kalau kau mau ambillah di...."
"Keparat, kau berani menentang keinginan Raden Gatotkaca, hah"! Terima-lah aji
'Teja Birawa' ini, heaah...!"
Wuttt...! Slapp...!
Sinar merah besar keluar dari telapak tangan Dalang Setan. Begitu cepatnyagerakan sinar merah itu, sehingga Pandu Puber hampir saja menjadi sasaran empuk kalau tak segera melompat ke udara lebih tinggi dari sinar tersebut.
Wuuttt...!
Blegarr...!
Dua pohon besar hancur seketika dihantam sinar merah itu, menjadi serpihan
kecil-kecil. Bumi pun bergetar saat sinar merah tadi menghantam pohon dan
timbulkan ledakan dahsyat.
"Edan! Mungkin yang ia gunakan adalah jurus sakti milik tokoh Raden Gatotkaca yang sebenarnya"!" pikir Pandu Puber. Pikiran itu baru saja akan dilan-jutkan, namun tiba-tiba tubuh Dalang Setan telah melesat terbang menerjangnya.
Wuusss...! "'Candradimuka'...!" teriaknya menggema, dan dari kedua tangannya keluar dua
larik sinar merah sebesar bumbung bambu. Woosss...!
Pendekar Romantis terpaksa bersalto mundur dua kali, lalu segera melepaskan jurus 'Sepasang Sayap Cinta' yang keluar dari dua jarinya. Sepasang sinar merahkecil melesat dari kedua jari kanan-kiri yang disentakkan ke depan seperti melemparkan pisau. Clap, clap...! Blegarr, blaarrr...!
Kiamat terjadi di alam sekeliling mereka. Ledakan itu mengguncang pohon danbebatuan, membuat tanaman besar-besar tumbang yang kecil hancur atau mengeringbagaikan dilanda lahar. Ledakan maha dahsyat itu membuat langit menjadi berkabutdan berlapis mendung tebal. Kilatan cahaya petir bagaikan ikut bersorak-soraidengan berlompatan dari mega ke mega.
Tubuh Dalang Setan, sang Gatotkaca jelmaan itu, terlempar di udara dalam keadaanberguling-guling. Tubuh itu akhirnya menghantam batang pohon yang mir-ing maurubuh. Durrr...! Pohon itu pun akhirnya benar-benar rubuh karena dihantam tubuh Dalang Setan. Pandu Puber terkapar sejak tadi.Kini sedang berusaha bangkit dan menjadi kaget melihat alam sekeliling rusakbaru saja dibabat habis oleh angin badai. Sambil mengerahkan hawa murninya PanduPuber bangkit berdiri memandangi alam sekitarnya, sampai tiba ke suatu arah di manatubuh Dalang Setan mengerang kesakitan sambil berusaha bangkit sempoyongan.
Wuutt...! Ada yang datang dari belakang Pandu Puber. Dengan gerakan penuh waspada Pandu
Puber berpaling.
"Oh, kau...?" ucapnya lirih sambil hembuskan napas lega.
"Apa yang terjadi" Kudengar suara ledakan dahsyat mengguncang bumi!"
"Cuma main-main kok," jawab Pandu Puber mempertenang diri.Orang yang datang itu tak lain adalah si gadis pelacak; Belati Binal. Masih sajaseperti waktu itu, Belati Binal tampil tanpa seulas senyum. Bahkan keadaan-nyayang telah sembuh total bagaikan tak pernah terluka sedikit pun itu memandangganas kepada tokoh sesat si Dalang Setan.Mulutnya menjadi lancip karena menahan benci.
"Setan itulah yang menghajarku dan membuatku menderita selama satu mingguterkapar di sana!"
"Satu minggu"!" Pandu Puber berkerut dahi dengan heran. Ingin rasanya iatanyakan hal itu lebih jelas lagi, tapi Dalang Setan sudah lebih dulu serukanka-ta kepadanya,
"Ingat, Pandu Puber...! Ingat!" Dalang Setan sempoyongan. Sekujur tubuhnya menjadi hangus. Kulit tubuh terkelupasmengerikan. Tentunya bukan hanya perih, namun juga sakit luar biasa. Ia sepertimengalami luka bakar. Rupanya jurus
'Candradimuka' milik sang Gatotkaca itu memantul balik menyerangnya ketika berbenturan dengan jurus Pendekar Romantis yang bernama 'Sepasang Sayap Cinta'tadi. Dalam keadaan parah itu ia berseru kembali, "Kalau kau benar-benar pendekarsakti, kutantang kau untuk bertarung denganku di atas Jurang Karang Keranda,sepuluh hari lagi! Kalau kau tak datang, kau kuanggap banci dan tak layakmenyandang gelar pendekar lagi!"
"Setan! Jangan pergi dulu! Kau punya perhitungan denganku!" teriak Belati Binal,lalu segera melompat mengejar Dalang Setan yang kabur babak belur.Melihat gadis pelacak mengejar karena dendam, Pandu Puber segera melesat dengangerakan super cepatnya dan tahu-tahu berdiri menghadang langkah Belati Binal.
"Tahan emosimu, Manis! Biarkan dia kabur. Dia hanya bisa tinggalkan sesumbartanpa bukti benar!"Belati Binal hempaskan napas. Kesal sekali hatinya dihadang Pandu begitu. Ta-piakhirnya ia mau menurut saran Pandu setelah Pendekar Romantis itu berkatadengan nada lembutnya,"Kau baru saja sehat. Kau butuh istirahat. Soal balas dendam bisa dilakukankemudian hari, itu pun kalau dipandang perlu."
"Kau ditantangnya!"
"Biar saja. Cuekin aja tantangan preman wayang itu!"
"Tidak bisa! Kau harus hadapi tantangan itu sepuluh hari lagi. Kalau kau takdatang, dia dan murid-muridnya akan sebarkan kabar tentang sikapmu yang dianggaptak berani menghadapinya itu!"
"Kita pikirkan nanti saja."Senyum Pandu yang mekar dengan indah itulah yang membuat api dendam di da-daberbukit mirip mangkok bakso itu menjadi reda. Bahkan ia mengikuti langkah Panduyang menuju ke bawah pohon. Pohon itu adalah salah satu dari pohon yang selamatdari amukan badai tadi.
"Belati Binal, ada sesuatu yang ta-di sempat membuatku heran. Kau bilang telahterkapar selama tujuh hari dalam keadaan luka seperti itu, apakah kau tak salahngomong?" "Mungkin malah lebih dari tujuh ha-ri!" kata Belati Binal, langkahnya ikutberhenti di bawah pohon itu. "Sejak aku bertarung dengan Dupa Dulang, kau lalumenghilang. Aku mencari ke mana-mana tak ketemu, sampai akhirnya aku bermaksudpu- lang. Tapi karena sesuatu hal, akhirnya niat pulangku tertahan.""Sesuatu hal yang bagaimana maksudmu?"
"Aku harus menolong seorang sahabatku yang terluka karena serangan lawannya. Iakubawa ke dalam sebuah gua, tapi akhirnya kami berdua sama-sama tersesat.Sehari semalam aku dan dia tak bisa keluar dari gua itu, sebab pintu gua tibatiba bagaikan hilang tak kami temukan."
"Aneh..."!" gumam Pandu sambil terngiang kata-kata Dewi Selimut Malam yangmengatakan semua pintu gua ditutupnya dengan kekuatan batin. Pantas jikaseseorang yang masuk ke dalam gua yang ada di bukit itu menjadi bingung mencaripintu dan jalan keluarnya."Tapi akhirnya setelah kami terku-rung di dalam gua selama sehari semalam, pintugua kami temukan kembali. Saat itu sahabatku sudah sembuh betul, lalu kamiberpisah arah. Dan aku bertemu dengan Dalang Setan. ia menuntut balas ataskematian Dupa Dulang karena racun pisauku.Aku sempat kecolongan jurus, dan akhirnya babak belur. Ia sengaja tidak maumembunuhku dengan cepat. Ia ingin aku menderita sampai menemui ajal. Kuhitung hari de-mi hari, ternyata tujuh hari kemudian kau baru muncul. Aku tak tahu, kemana saja kau sebenarnya?"
"Aku... aku juga masuk ke dalam gua dan... tak bisa keluar. Karena maksudku
sebenarnya mencari Kitab Panca Longok yang disimpan dalam gua bekas tempat semadinya Ki Mangut Pedas. Tapi... tapi aku tidak lama. Aku tak sampai seharian di
dalam gua itu kok! Cuma sebentar, lalu keluar lagi."
"Hemm!" Belati Binal mencibir. "Sebentar bagaimana" Ternyata kau jumpa aku lagi
setelah tujuh hari aku terkapar luka parah di tempat tadi! Mungkin dua hari lagi
aku tewas karena tak bisa sembuhkan luka racun dari pukulan si Dalang Setan
itu!" "Benar-benar aneh," gumam Pandu Puber sambil merenung. Lalu, semua kata-kata
Dewi Selimut Malam yang berhubungan dengan misteri gua tersebut terngiang
kembali di telinga Pandu. Ternyata perputaran waktu benar-benar mengalami perbedaan yang menyolok antara di dalam gua dan di luar gua.
Pendekar berpotongan rambut punkrock itu membatin kata di hatinya, "Padahal cuma sebentar lho, kok bisa terpaut
sampai satu minggu, ya" Aku bicara dengan Dewi Selimut Malam juga hanyasebentar. Lalu... lalu aku mau pergi, tapi pintu gua ditutup, dan dia minta upah jikapintu gua harus dibuka kembali. Dan... dan aku memberinya upah juga nggak sampaise- minggu. Ah, kayaknya mustahil sekali deh.Masa' aku bercumbu dengannya sampai seminggu lamanya" Kayaknya sih cumasebentar, hanya satu angkatan saja. Toh dia sudah merasa bahagia sekali mendapatkemesraanku, dia sudah merasakan kepuasan yang menentramkan batinnya walau hanyasebentar. Tapi... mungkinkah waktu yang sebentar itu ternyata waktu seminggubagi kemesraanku dengan Dewi Selimut Malam?"Bayangan kemesraan muncul dalam benak Pandu Puber. Bayangan saat ia dicumbuhabis oleh Dewi Selimut Malam yang ternyata lebih buas serta lebih galak darisinga beranak itu sempat membuat hati Pandu berdesir-desir. Pandu Pubermengakui, kalau saja bukan dia pasangan perempuan itu, mungkin akan matikehabisan tenaga cinta.
"Dewi Selimut Malam benar-benar se-panas singkong baru diangkat dari penggorengan. Ah, mudah-mudahan dia tidak mem-bocorkan skandalku dengannya di depanDi-an Ayu Dayen. Tapi repotnya kalau dia sampai ketagihan seperti Dardanila danJanda Keramat itu bagaimana, ya?"Agaknya Pandu Puber mulai sadarbahwa siapa pun orangnya jika sudah pernah bercinta dalam kemesraan, yang amatdalam bersamanya, pasti akan mencari-cari dan menuntut adegan ulang. Tapi Pandutetap belum tahu bahwa di dalam darah kemesraannya itu tertanam racun 'Pemikat Surga' sebagai keistimewaan dirinya yangberdarah blaster; dewa dengan jin itu.Racun tersebut bikin perempuan yang pernah berskandal dengannya menjadi tergilagila cumbuan, mudah dibangkitkan gairah-nya hanya dengan membayangkan wajah sanganak dewa itu. Racun yang selalu menuntut kehangatan dari Pandu itu jika tidakdi-turuti akan membuat perempuan itu menjadi kurus, tekanan batin, akhirnyamati. Andai saja gadis pelacak itu sampai bercumbu dengan Pandu, maka gadis itu akanmenjadi gadis gila kencan, dan tak akan tertarik dengan lelaki lain kecualiPandu Puber. Untung saja Belati Binal tak terlibat urusan cinta dan kehangatandengan Pendekar Romantis, sehingga ia bebas dari pengaruh gila kencannya racun'Pemikat Surga'.Pandu sendiri sebenarnya ingin me-nikmati kehangatan bibir Belati Binal,terutama kehangatan gumpalan dada yang mirip mangkok bakso itu. Tetapi karenasikap Belati Binal selalu berwajah cemberut atau bersungut-sungut, tak pernahtersenyum sedikit pun, maka hasrat Pandu hanya sebatas mengagumi kecantikan siwajah mungil itu.
"Kau tak perlu bicarakan soal se-nyumanku," kata Belati Binal ketika Pandumembicarakan 'anti senyum' yang ada diwajah Belati Binal, "... yang perlu kita bicarakan adalah kitab itu. Kau pastisudah memperoleh Kitab Panca Longok dari dalam gua tersebut, bukan?""Kau sama saja dengan si Dalang Setan tadi; menuduhku mendapatkan kitabtersebut. Padahal aku masuk ke dalam gua dalam keadaan tersesat. Bukan gua itusebenarnya yang harus dimasuki."
"Memang di bukit ini banyak gua."
"Benar. Dan menurut seseorang yang kutemui di dalam gua itu, ternyata KitabPanca Longok telah diambil oleh Ken Warok dan diserahkan kepada utusannya RatuCadar Jenazah!"
"Sial!" geram Belati Binal, wajahnya makin bebas senyum. "Sudah kuduga Ken Warokmemang bekerja sama dengan Ratu Cadar Jenazah!"
"Nggak gitu kok. Ternyata menurut sang pertapa yang kutemui di gua itu, KenWarok terancam bahaya. Karena merasa nyawanya terancam, mau tak mau ia serahkankitab itu kepada sang utusan Ratu Cadar Jenazah. Kabarnya, sekarang kitab itusudah ada di tangan sang Ratu!".
"Kalau begitu aku akan merebutnya!"
"Jangan. Itu berbahaya bagi keselamatan jiwamu. Kusarankan sebaiknya minta-lahpendapat gurumu dulu. Nyai Cemara Langit punya cara sendiri untuk mengga-galkanrencana Ratu Cadar Jenazah mempelajari juru 'Lima Setan Bingung' yang ada di dalam kitab itu."Belati Binal diam termenung memikirkan saran Pandu. Lalu ia bertanya dengan suara pelan, "Kau mau ke mana jikaaku menghadap Guru?"
"Apakah kau ingin kudampingi terus?"
"Aku hanya bertanya!" jawab Belati Binal sambil bersungut-sungut malu
TENGKORAK Tobat adalah orang yang ditugaskan mendapatkan Kitab Panca Longok. Takheran jika dia pun menjadi incaran berbagai pihak. Salah satu orang yangmengincar kitab itu adalah Dalang Setan.menaklukkan hati si Ratu Cadar Jenazah.
"Kalau aku bisa dapatkan kitab tersebut, maka Cadar Jenazah akan tundukkepadaku. Setidaknya, dia akan berpikir bahwa aku adalah orang yang berbahayaji-ka sampai kupelajari isi kitab tersebut.Dan jika ia inginkan kitab itu, maka te-busannya adalah perkawinan indahbersama-ku."Begitulah jalan pikiran si tua-tuakeladi yang makin tua makin seperti keladi itu. Sebab cinta yang tumbuh di hatiDalang Setan ternyata sudah cukup lama, sejak berusia tiga puluh lima tahun,yaitu setelah ia menjadi duda tanpa anak akibat ditinggal mati istrinya dan ogahnyusul ke alam kematian.Dalang Setan pun segera melamar Ra-tu Cadar Jenazah, tapi lamarannya selaluditolak dengan cara halus. Bahkan ketika Dalang Setan kerahkan murid-muridnyauntuk menyerang pihak Ratu Cadar Jenazah, ternyata kekuatannya kalah. Padahal semula ia ingin persunting sang Ratu dengan cara paksa.Sekarang karena ada kasus KitabPanca Longok, tentunya Dalang Setan tak mau sia-siakan kesempatan itu. KetikaDu-pa Dulang belum 'wassalam' alias mati, Dupa Dulang pernah kasih saran sama sang Guru dalam acara santai bersama setelah ujian selesai.
"Mengapa Guru harus memburu Ratu Cadar Jenazah" Toh masih banyak wanita lainyang nilai kecantikannya sama dengan Ratu Cadar Jenazah, bahkan yang lebihcantik pun ada. Guru tinggal pilih yang mana, nanti kami sebagai murid setiaGuru yang akan melamarkannya.""Dupa Dulang, kau tidak tahu arti cinta yang sejati. Bagiku, biarpun seribubidadari berdiri di depanku tanpa busana,aku tetap akan memilih Ratu Cadar Jenazah. Kenapa begitu" Karena yang memilihadalah hatiku, dan di dalam hatiku ter-pendam telaga cinta yang murni, bersih,dan bening. Telaga cinta itu khusus untuk dia, Dupa Dulang.""Saya khawatir Guru kena pikat olehnya.""Tidak mungkin. Malahan ilmu pi-katku nggak mempan untuk dirinya. Dan la-gi,kenapa kau bisa bilang begitu, Dupa Dulang?"
"Karena tadi Guru bilang, biar ada sepuluh bidadari tanpa busana berdiri didepan, maka Guru tetap akan memilih sang Ratu.""Itu kan hanya ibaratnya saja, Goblok! Kalau memang benar-benar ada sepuluhbidadari tanpa busana berdiri di depan mata, yaaah... seret satu per satu dong!Cari tempat sepi.""Untuk apa dibawa ke tempat sepi, Guru?"
"Suruh nyabutin ubanku!" Jawab sang Guru agak jengkel dengan pertanyaan yangdianggap mana bego itu.Kobaran api cinta sang Dalang membuat ia mengatur siasat. Beberapa murid pilihandikumpulkan. Mereka diberi penga-rahan dan diberi tugas masing-masing.
"Dupa Dulang bertugas mencari cucunya Ki Mangut Pedas. Pasti dia tahu dimana kitab itu disembunyikan. Kalau kau gagal, maka Jamak Jidat menggantikannya.Dan tentunya Ratu Cadar Jenazah tak tinggal diam. Dia pasti mengirimkanutusannya untuk merebut kitab itu. Maka seandainya terjadi demikian, bayangbayangi terus siapa orang yang diutusnya itu. Jika kitab itu ada di tangannya,rebut dan habi-si di jalan. Jamak Jidat orang yang harus membayang-bayangi siapautusan dari Ratu Cadar Jenazah itu. Paham?"
"Paham, Guru!"
"Kalau Jamak Jidat gagal, maka Legawa harus menghadang si pembawa kitab itu ditebing perlintasan menuju Bukit Guiana."
"Kalau saya gagal bagaimana, Guru?"tanya Legawa yang bersuara kecil cempreng itu.
"Kalau kau gagal, maka Dewa Dungdung menghadang perjalanan kitab itu di pantaiyang menuju ke Bukit Gulana, dekat perbatasan wilayah itu. Ngerti?"Dewa Dungdung yang bertubuh kurus ceking itu mengangguk dengan mulut bengongbagaikan tak paham atas penjelasan tersebut. Dewa Dungdung memang bertampangbloon, tapi kesaktiannya terletak pada benda kecil yang dapat ditabuh sewaktuwaktu dan getaran suaranya bisa memecahkan gendang telinga lawan dalam sekalitabuh. Karena itulah maka ia dijuluki sebagai Dewa Dungdung.Itulah sebabnya perjalanan Kitab Panca Longok tidak bisa semulus dugaan pihak sang Ratu. Perjalanan yang
seharusnya cukup dua hari menjadi berhari-hari.Masalahnya, Tengkorak Tobat yang telah berhasil memaksa Ken Warok untuk dapatkanKitab Panca Longok itu selalu menghadapi hambatan yang tidak kecil. Selain harusmenyingkirkan Jamak Jidat bersama dua anak buahnya, juga harus menyingkirkanLegawa bersama tiga anak buahnya. tengkorak Tobat jadi bahan buruan orang-orang itu. Ia seperti maling yangdikepung ke sana-sini, sampai-sampai ma-syarakat sebuah desa percaya denganteriakan Jamak Jidat, sehingga penduduk de-sa itu ikut-ikutan mengejar TengkorakTobat yang disangka maling benaran itu.
Dengan susah payah, akhirnya satu-persatu dapat ditumbangkan oleh TengkorakTobat yang bersenjata kapak berantai. Gagang kapaknya jika ditarik ke bawahdapat keluarkan rantai panjang dan bisa digunakan untuk disabetkan ke lawan.Tentu saja lawan yang kena sabetan itu akan terpeng-gal lehernya atau terpotonganggota tubuhnya. Bahkan ada anak buah Jamak Jidat yang terpotong hidungnyagara-gara terlambat menarik kepala saat kapak itu me-mangkas permukaan wajahnya.
"Jamak Jidat, kuberi kesempatan padamu untuk mundur. Kalau masih nekat, aku tak akan pandang bulu lagi. Walaupunkau murid si Dalang Setan, akan kutebas pula lehermu dengan kapak terbangkuini!" Jamak Jidat semakin berang mendengar tantangan itu. Dua anak buahnya sudahtumbang, mau tak mau ia harus menuntut balas kematian dua anak buahnya itu. Makatanpa banyak kompromi lagi, Jamak Jidat menyerang Tengkorak Tobat dengan Jurusgolok yang dinamakan 'Janda Golok Pitu'. Namun karena memang ilmu TengkorakTobat lebih tinggi dari orang-orang utusan si Dalang Setan, maka mau tak mauJamak Jidat pun tumbang dipangkas kapak tepat pada bagian lehernya. Tak heranjika Jamak Jidat pulang tanpa membawa kepalanya. Lebih tak mengherankan lagijika ia tak bisa pulang sambil membawa kepalanya, seperti yang dialami saat itu.Tengkorak Tobat semula riskan mau membunuh anak buah Dalang Setan, sebab sebelumia menjadi orangnya Ratu Cadar Jenazah, ia pernah bersatu bahu-membahu bersamaDalang Setan dalam menyerang Ke-raton Kahuripan di Pulau Sanga. Praktissebenarnya antara Tengkorak Tobat dengan Dalang Setan pernah menjalinpersahabatan yang baik.Namun agaknya persahabatan itu tak bisa dipertahankan lagi. Tengkorak Tobat takmemberi kesempatan orang-orangnya Dalang Setan untuk bertobat. Semua mati dipangkas kapak terbangnya, sedangkanKitab Panca Longok masih tetap ada di selipan pinggang di bagian belakang.Pada waktu itu hampir mencapai perbatasan Bukit Guiana, di daerah pantai, mautak mau dia harus berhadapan dengan Dewa Dungdung dengan empat anak buahnya.
Pertarungan di pantai itulah yang dilihat Pandu Puber secara sembunyi-sembunyi.
Dari tempat persembunyiannya, Pendekar Romantis sempat terkagum-kagum melihat
kehebatan senjata kapak terbang itu. Tengkorak Tobat mampu tumbangkan keempat
anak buah Dewa Dungdung dalam beberapa jurus saja. Tetapi Dewa Dungdung sendiri
cukup ulet dan alot. Berulang kali serangan Tengkorak Tobat mampu dihindari Dewa
Dungdung. Akhirnya Dewa Dungdung pergunakan senjata bende andalannya. Ketika bende itu
ditabuh satu kali, suaranya menggema ke mana-mana.
Tuungngng...! "Aaahg...!" Tengkorak Tobat menge-jang dalam keadaan jatuh berlutut. Ia
memejamkan mata kuat-kuat karena menahan rasa sakit yang luar biasa hebatnya.
Tapi anehnya Dewa Dungdung sendiri tidak merasakan sakit sedikit pun, demikian
pula Pandu Puber yang ada di persembunyiannya.
Rupanya gema suara bende tersebut hanyamenyerang lawan yang dituju oleh mata si Dewa Dun gdung. Orang yang bukan lawanDe-wa Dungdung biar mendengar suara bende dari jarak sejengkal tidak akan merasakesakitan, cuma bikin budek aja.Hampir saja Tengkorak Tobat matidengan kepala pecah karena getaran gelombang suara bertenaga dalam tinggi daribende tersebut. Untung ia segera atasi kekuatan itu dengan tenaga dalamnya yangdikerahkan hingga tubuh gemetaran. Wajah yang memerah, urat yang menegangbertonjolan keluar dari kulit leher membuat suara bende tak mampu memecahkankepalanya. "Heaaat...!" Tengkorak Tobat sentakkan kakinya ke tanah dan tubuhnya melesatlurus ke atas. Pada saat itulah kapak berantai disabetkan ke arah Dewa Dungdung. Rupanya dengan sentakan khusus, rantai itu bisa menjadi panjang mendadak,sehingga jarak yang disangka tak akan sampai ke tubuh Dewa Dungdung, ternyatadengan mudah bisa dijangkau oleh kapak tersebut. Wuungngng...!Kelebatan kapak begitu cepat, bagaikan angin berhembus menjelang hujan turun. Dan mata kapak yang sebesarbelahan piring itu dengan girangnya menyambar leher Dewa Dungdung. Crass...!Kepala Dewa Dungdung tidak langsung jatuh. Bahkan dalam keadaan tidak bergerakdan masih berdiri, Dewa Dungdung masih sempat tersenyum sinis. Tapi tiba-tiba mata Pandu Puber melihat ada darahmengalir dari sekeliling leher Dewa Dungdung. Kejap berikutnya senyum DewaDungdung hilang karena sewaktu ia ingin bergerak, ternyata kepalanyamenggelinding jatuh ke tanah. Pluk...!Kalau sudah begitu tentunya sangnyawa malas berdiam di raga tanpa kepala.Dengan lain perkataan, matilah Dewa Dungdung tanpa senyum seulas"Jahanam kau, Tengkorak bangsat!!"teriak sebuah suara yang muncul dari balik gundukan batu. Orang itu ternyataadalah Legawa, yang sewaktu bertarung dengan Tengkorak Tobat di lerengperlintasan sempat melarikan diri mencari siasat membokong itu. Tapi siasat ituagaknya terlambat. Ketika seharusnya ia lepaskan serangan dari belakangtengkorak Tobat, rekan seperguruannya sudah telanjur dipenggal oleh si TengkorakTobat. Emosinya meluap, sehingga ia berteriak keras-keras saat melepaskan seranganberupa sinar merah membara dari telapak tangan kanannya.
Clapp...! Wuuut...!
Tubuh Legawa melompat cepat, bagai mengikuti gerakan sinar merahnya. Ternyatasinar merah itu dihantam oleh sinar hijau yang bergerak lebih cepat. Sinar hijauitu datang dari balik gugusan batukarang. Ternyata di sana ada orang yang me-mihak Tengkorak Tobat. Sinar hijau mampumenghantam sinar merah dengan tepat sebelum sinar merah mencapai punggungTengkorak Tobat. Blegarr...!Tapi kedua orang yang sedang bermusuhan itu akhirnya sama-sama terjungkal dalamkeadaan terpental jauh. Ledakan itu sempat menimbulkan angin panas yangmenghembus sesuai arah angin di pantai itu.Gugusan batu karang yang ada di perairan pantai sebelah timur menjadi hangusmendadak karena angin panas tadi.
"Mundurlah, Tengkorak Tobat. Biar kubereskan orang itu!"
"Ranting Kumis!" seru Tengkorak Tobat dengan suara berat seraya bangkit berdiri.
"Dia masih bagianku. Biar kuse-lesaikan sendiri. Bawalah kitab ini pulang
secepatnya!"
Tengkorak Tobat segera keluarkankitab itu, lalu dilemparkan ke arah Ranting Kumis. Tabb...! Orang berkumis kakuseperti ranting itu menangkap kitab tersebut.
"Cepat serahkan pada Ratu!" sentak Tengkorak Tobat. Sementara itu, Legawa segera
maju menyerang lagi dengan kilatan cahaya dari kedua tangannya secara berun-tun.
Clap, clap, clap, clap...!
Tengkorak Tobat menangkis serbuansinar kuning itu dengan putaran kapak berantai yang kecepatan putarnya menyamaibaling-baling pesawat Boing. Putaran kapak itu keluarkan sinar menyebar warnahijau pula dan terjadilah ledakan berun-tun menyerupai petasan memberondong,mirip petasan di pesta perkawinan.
Pendekar Romantis segera bergerak menghadang si Ranting Kumis yang membawa KitabPanca Longok. "Maaf mengganggu perjalananmu sebentar, Sobat!" kata Pandu Puber dengansantainya. Si Ranting Kumis memandang dengan sikap bermusuhan.
"Kau murid barunya Dalang Setan"!"
"Bukan," jawab Pandu, "Tapi barang-kali aku adalah musuh barumu jika kau tak mauserahkan kitab itu!""Keparat kau! Barangkali kau belum tahu siapa aku, hah"!"
"Sudah. Kudengar Tengkorak Tobat memanggilmu dengan nama si Ranting Kumis.Pantas sekali nama itu bila ditinjau dari kumis kakumu yang mirip ranting itu.Tapi tujuanku menahan langkahmu bukan untuk bicara tentang kumis. Aku hanyamau...," ucapan itu terhenti karena jeritan yang memilukan.
"Aaa...!"
Rupanya Legawa terkena tebasan kapak. Dadanya terbelah oleh sabetan kapak
Tengkorak Tobat. Tentu saja ia langsungterjengkang ke belakang dan tak lebih da-ri tiga helaan napas sang nyawa punlolos meninggalkan raganya menuju ke akherat tanpa membawa peta segala.
"Siapa lagi itu"!" teriak Tengkorak Tobat melihat Pandu menghadang RantingKumis. Ia bergegas melesat menghampiri Ranting Kumis. Wajah kurus bermata bundarcekung itu menatap Pandu dengan bengis."Bocah pongah ini menghendaki kitab kita, Tengkorak Tobat!"
"Minggirlah, biar kubantai sekalian yang kayak gini!"
"Heeat...!" Ranting Kumis melompat meninggalkan tempat sambil menendang kesamping dan tepat kenai wajah Pandu. Setelah itu ia melesat terus, berlari menyelamatkan Kitab Panca Longok menuju ke Bukit Gulana.Pandu Puber menggerutu, karena tendangan di luar dugaan itu telah membuatnyajatuh terjungkal ke samping. Ia sempat melihat kitab itu dibawa lari olehRanting Kumis, namun sebelum ia bergerak mengejarnya, kapak berantai itu telahmenghantam punggungnya lebih dulu.Wuusss...! Untung Pandu Puber mampu bergerak bersalto ke belakang dengan menggunakan
tumpuan kedua tangannya sehingga tebasan kapak itu dapat dihindari. TetapiTengkorak Tobat menjadi lebih beringas lagi karena tak menyangka tebasan kampaknya gagal mencapai sasaran. Ia segera menyerangdengan sebuah tendangan kaki, namun tangan Pandu berkelebat menangkis, dankakinya ganti menendang sambil badan berputar ke belakang. Kaki itu masuk kedada Tengkorak Tobat yang kurus kerempeng itu.Brakk...! Tulang dada terasa patah semua.Orang berbaju hitam dengan lengan bajunya yang putih itu ternyata termasuk orangyang kuat. Biar tubuhnya tinggal tulang-belulang tapi ia mampu bertahanmenghadapi serangan sekeras itu. Dalam waktu sekejap ia mampu bangkit darijatuhnya. Walau wajahnya menyeringai menahan rasa sakit di bagian dada, tapi iamasih mampu melompat ke arah Pandu dengan menghantamkam kapaknya.
Wuung...! Pandu Puber melompat ke samping,kapak pun menghantam tempat kosong. Karena gerakannya dari atas ke bawah, makakapak itu pun menancap di pasir pantai.Tapi dengan sekali sentak, kapak berantai itu mampu melesat mundur dan ditangkapdengan satu tangan oleh Tengkorak Tobat. Rupanya orang berambut kucai yang mengenakan ikat kepala merah dengan usiasekitar empat puluh tahun itu termasuk orang yang tak mau memberi kesempatan pada lawan seriusnya untuk bertobat dalam arti melarikan diri. Pandu Puber yang se- benarnya ingin mengejar Ranting Kumis ja-di terhalang lagi oleh seranganTengkorak Tobat. Orang itu menyerang dengan kapak di tangan dan hampir sajaberhasil mero-bek dada Pandu Puber ketika kapaknya ta-hu-tahu berkelebatmenyamping. Wuusss...!
Bahgg...! Pandu terjungkal ke belakang. Ternyata kibasan kapak menyemburkangelombang tenaga dalam cukup tinggi yang menyentak sangat kuat itu. Gazrukk...!Pandu terkapar di pasir pantai. Tengkorak Tobat tak berikan kesempatan Panduuntuk bangkit, maka kapak itu diayunkan bersama rantainya membelah ke tubuh yangterkapar itu. Clapp...! Dalam keadaan terbaring Pandu Puber terpaksa lepaskan jurus
'Cakram Biru' yang berupa sinar biru berbentuk cakram keluar dari pergelangantangan. Clapp...!
Sinar biru itu melesat ke langittepat menyambut datangnya mata kapak yang putih mengkilap itu. Maka seketika itujuga terdengarlah ledakan membahana akibat benturan sinar biru dengan mata kapakitu. Glegarrr...!Pantai dan air laut berguncang. Tubuh Pandu Puber berguling-gulling hindarisemburan sinar biru keruh dari ledakan tersebut. Sementara itu, Tengkorak Tobatdiam tertegun bengong. Shock begitu melihat kapaknya hancur menjadi serpihanserpihan tak berarti lagi. Sementara rantainya masih utuh terkait di sisa gagangkapak yang hangus.Pandu Puber segera bangkit, karena pada waktu itu ia mendengar teriakanTengkorak Tobat yang mirip orang kesuru-pan. Emosi kemarahannya meluap sontaktanpa takaran lagi.
Bacaan Lainnya:
- MISTERI KEANGKERAN HUTAN SANCANG DIBALIK KEINDAHAN SEBAGAI TEMPAT WISATA
- PENDEKAR ROMANTIS 06 KITAB PANCA LONGOK BAGIAN 5
- PENDEKAR ROMANTIS 06 KITAB PANCA LONGOK BAGIAN 4
"Bangsat...!! Heeaaahh...!"
Kedua tangan Tengkorak Tobat bersinar, sinar itu berwarna merah membara.Dari matanya pun keluar sinar merah membara, dari mulutnya keluar semburan apiyang menyambar wajah Pandu Puber.
Zlap, zlapp, zlapp...!
Pandu Puber gunakan gerak jurus'Angin Jantan', yang membuatnya mampu berpindah tempat dengan cepat. Hal itucukup membingungkan Tengkorak Tobat, sehingga serangan buasnya dengan pasukansinar merahnya itu hanya menghantam benda-benda tak berarti; batu, pohon,karang, dan kepala si Dewa Dungdung yang tergeletak di pasir itu.
"Aku di sini, Tengkorak Tobat!"
Suara itu datang dari belakang.Tengkorak Tobat cepat balikkan badan. Ta-pi tepat ia berbalik badan, sinar putihperak melesat dari telapak tangan Pandu yang saling merapat di dada. Clapp...! Sinar putih perak itu menghantam telak dada Tengkorak Tobat. Blarrr...!
Akhirnya lenyap sudah tubuh itu. Ke mana perginya"Menjadi abon. Serpihan tubuh itunyaris tak bisa dikenali sebagai serpihan tubuh manusia. Jurus 'Inti Dewa' yangberbahaya terpaksa digunakan Pandu karena lawannya tak mau memberi kesempatanuntuk berunding. Mau tak mau riwayat Tengkorak Tobat berakhir sampai di situ.Satu-satunya sisa peninggalan masa hidupnya hanyalah rantai kapak yang masihterkait di gagang yang hangus tanpa mata kapak itu.Pendekar Romantis berdiri tegakdengan kedua kaki merenggang kokoh. Dadanya yang bertato membusung dan segeramengendur bersama hembusan napas kele-gaannya. Dalam hati sang PendekarRomantis, berkata, "Aku harus mengejar si Ranting Kumis sebelum kitab itu sampaidi tangan Ratu Cadar Jenazah!"Namun ketika ia mau bergerak, mendadak ada suara yang memanggilnya dari baliksemak-semak, tak jauh dari tempatnya bersembunyi tadi.
"Pandu...!"
Pemuda tampan itu segera berpaling.
"Oh, kau..."! Bagaimana kau bisa sampai di Sini, Ken Warok?"Ternyata orang itu adalah Ken Warok yang segera menghampiri Pandu Puber."Aku mengikuti Tengkorak Tobat secara diam-diam. Sebenarnya aku ingin membunuhnya sendiri pada saat dia dalamkeadaan lemah atau lengah. Aku ingin membalas kematian kakekku. Tapi ternyatakea-daannya selalu unggul melawan orang-orangnya Dalang Setan. Aku tak pernahpunya kesempatan untuk menyerang kelema-hannya. Tapi, syukurlah kalau sekarangia sudah menjadi dendeng karena jurus mautmu yang kulihat dari semak-semak itu,Pandu?" "Ya, tapi aku harus mengejar Ranting Kumis. Dia membawa lari kitab itu!""Tak perlu," ujar Ken Warok sambil tersenyum. "Kitab itu palsu."
"Hah..."! Palsu"!"
"Aku sempat lupa benaran waktu cerita padamu tentang kitab dan kakekku, bahwaKakek mempunyai Kitab Panca Longok yang palsu untuk mengatasi hal-hal sepertisaat ini. Dan ketika aku terancam oleh Tengkorak Tobat, kuserahkan kitab yangpalsu kepadanya. Kitab Panca Longok yang asli ada padaku!" Lalu pemuda pendek,kecil, kurus itu keluarkan kitab dari dalam bajunya. Ia memperlihatkan kitab itudengan bangga. Pandu Puber pun tertawa melihat kecerdikan Ken Warok yangpenampilannya sering menjengkelkan karena sifat sok tahunya itu. "Akan kauapakan kitab itu, Ken Warok"!""Terserah kau sajalah! Aku tak maupusing lagi dengan kitab itu!"Ken Warok melemparkan kitab tersebut, dan Pandu menangkapnya. Kemudian merekamelangkah bersama sambil Ken Warok bertanya,"Bagaimana dengan gadis bernama Belati Binal itu?"
"Ia mengharap kehadiranku saat kami berpisah di persimpangan jalan. Aku dimintanya datang ke perguruannya."
"Aslinya yang diharapkan datang itu aku, tapi karena dia nggak enak sama ka-mu,maka dia berpura-pura menyuruhmu datang. Dalam hal ini aku sebenarnya harus tahudiri. Mau tak mau aku harus ikut denganmu ke perguruannya."Pandu mencibir, "Sok tahu lu!" dan Ken Warok hanya cengar-cengir sambil garukgaruk kepalanya yang berambut cepak, seperti mahasiswa habis diplonco. Klik di Sini
SELESAI
Posting Komentar untuk "PENDEKAR ROMANTIS 06 KITAB PANCA LONGOK BAGIAN 6 "