PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI
PANTAI SELATAN BAGIAN 3
![]() |
PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI PANTAI SELATAN BAGIAN 3 |
RAJA SASTRA- Kehadiran Bayu di surau menarik perhatian orang yang ada di sekitar. Terutama rompi dan ikat Kepala dari kulit harimau membuat terlihat Bayu Samudra lebih tampan dan berwibawa.
Tak jauh dari sana ada pertunjukkan hiburan di depan Rumah Kepala Desa. Sekedar hiburan ibing pencak silat dan jenis seni lainnya ditampilkan. Beberapa orang telah membawakan Ibing Pencak Silat, dilanjutkan dengan peragaan kemaheran dari jurus jurus silat. Akhirnya sampailah adu ketangkasan diantara murid-murid pedepokan “Lodaya Gunung” Kepala Desa ketua pedepokan itu dan Bersama sama putra lelakinya mengelola pedepokan tersebut, Padepokan itu cukup disegani dan dihormati penduduk Desa itu, sehingga perampok dari manapun segan untuk melakukan kejahatan di desa tersebut. Mula-mula jalannya acara berjalan lancer, tapi selang beberapa lama berkelebat seseorang melesat ke atas panggung dengan memperlihatkan kepongahannya. Seorang kepala plontos telah berdiri di atas panggung dengan menantang pimpinan perguruan tersebut.
“Aku mau bertarung dengan pimpinan pedepokan ini, aku mau tahu sampai di mana kehebatannya”. Dia menantang dengan sipat pongahnya. Tentu saja putra Kepala Desa yang bernama Wijana merasa panas ada orang yang menantang ayahnya. Terjadilah pertarungan hebat, beberapa jurus belum ada yang kalah, dari tempat lain dua orang pelontos lainnya memperhatikan, dan tiba-tiba melihat temannya terdesak dia melemparkan belati kecil mengarah ke putra Kepala Desa. Untung saja Bayu melihat kejadian tersebut dilemparnya belati kecil yang sedang melesat dengan batu kerikil dan belati itu jatuh di atas tanah, melihat kejadian tersebut Kepala Desa sebagai pimpinan pedepokan tersebut, merasa khawatir keselamatan putranya dan mengucapkan sukur atas pertolongan yang tak dapat diduga. Bersamaan dengan itu orang berambut plontos yang berada di panggung terhuyung huyung kena tendangan kaki wijana, dan dua orang temannya yang sama berambut plontos sudah melesat ke atas belati dengan mengenggam sepasang belati. Disusul Kemudian dengan Kepala Desa yang telh melesat membantu putranya. Sukurlah akhirnya ketua pedepokan yang kunantikan datang juga.
“Hemh tiga kembar pelontos dari Hutan Terjung.” Cepatlah kau bersujud di telapak kakiku sebelum belati beracun ini merobek perutmu”.
“Tidak usah sesumbar tiga kembar botak”, Kau beleum tentu dapat mengalahkanku”
Akhirnya pertarungan beralih ke luar panggung 2 orang melawan tiga orang, selang beberapa lama Kepala Desa dan putranya makin terdesak, dan disaat -saat kritis bayu meloncat dengan maksud menyelamatkan Kepala Desa dan putranya.
“Hemh Bocah ingusan, mau apa kau ke sini?” Cukup saja aku seorang menghadapi kau tiga plontos dari hutan terjung, Maapkan Bapak Kades tak perlu kau turun tangan menghadapi 3 orang ini istrirahatlah kau Bersama putramu terlalu kotor menghadapi orang-orang jahat seperti ini. Kepala Desa dan putranya berpandangan, lgi pula Kepala Desa tersebut yakin bahwa yang menolong putranya adalah pemuda tadi akhirnya mereka melesat Kembali ke tempat duduk tadi,
3 kembar plontos memuncak amarahnya dihadapi oleh anak muda yang masih tangung,
“Enyahlah kau dari sini sebelum ususmu ku robek dengan belatiku”
“Jangan sesumbar kawan segera kau lakukan kalau mampu?”
“Tiga orang tersebut menusukan belatinya untuk mencingcang badan Bayu Tapi Bayu dalam sekejap sudah berpindah tempat berada di belakang mereka. Lagi pula Bayu tak ingin lama-lama segera menyelesaikan pertarungan tersebut, pukulan segara geni yang mengandung hawa panas kea rah mereka tapi hanya menggunakan seperdelapan tanaganya Bayu tak ingin membuat lawannya Binasa, ke tiga lawannya terlempar jauh dengan merasakan hawa panas yang tiada tara, Akhirnya mereka melarikan diri mencari selamat.
Anak Kepala Desa dan Kepala Desa yang kena sedikit goresan belati 3 kembar plontos mulai merasakan tubuhnya panas membara akibat racun yang menjalar, Segera Bayu menghampirinya dan menaburkan bubuk penangkal racun di tangan kepada Desa serta di Pundak putranya.
“Terima kasih Nak Siapa kau sebenarnya?, kau telah menyelamatkan putraku dan menyembuhkan Lukaku dan putraku”
“Tuhanlah yang menyelamatkan Bapak dan kakak berdua, aku ini hanya anak kecil yang tak sengaja singgah di tempat ini”
“Perkenalkan namaku Bayu Segara” Kepala Desa melongo mendengar nama tersebut, karena nama Bayu segara mulai jadi pembicaraan orang, karena kesaktian dan budinya yang luhur.
“Salam hirmat Kami anak muda, maapkan aku yang bodoh ini ternyata tuhan mempertemukan aku dengan pendekar muda yang agung ini”.
“Janganlah berlebihan Pak Kades, aku ini orang biasa yang masih muda ptutlah kiranya kau anggap orang tua dan kakakku. Maapkan kehadiranku menganggu dan merepotkan di sini”.
“Tidaklah Nak kita duduk saja dulu disini sambal melanjutkan menonton pagelaran di panggung”.
“Istirahatlah di sini, malah merasa terhormat bila Nak Bayu tinggal lama di Desa ini”.
Kehadiran Bayu di Desa itu menjadikan bahan perbincangan, apalagi kalau berbicara kehebatan ilmu Kanuragannya kadang-kadang dilebih-lebihkan, Kepasihan bayu dalam melantunkan Alqur’an membuat orang berdecak kagum Keakraban Bayu dengan keluarga Kepala Desa apa lagi dengan putranya Wijana membuat keluarga itu semakin ceria, Bayu yang rendah hati membuat warga masyarakatpun tak segan berbincang dengan bayu, sewaktu-waktu bayu mendatangi padepokan sehingga pedepokan tersebut dalam waktu singkat terus berkembang.Jurus-jurus tertentu bayu ajarkan ke Kepala Desa dan putra lelakinya, membuatpak Kades dan putranya merasa hormat dan menganggap bayu Gurunya.
Enam Bulan Bayu berada di sana walaupun Bayu masih betah tapi ada tugas utama yang harus diembanya yaitu mengembara membasmi kejahatan, maka sudah cukup waktunya meninggalkan Desa tersebut. Pak Kades dan putranya serta masyarakat tak bisa menghalanginya, mereka merelakan kepergian Bayu walau dengan perasaan sungkan, mereka sadar Bahwa Bayu Satria muda yang harus mengembara. Tujuan Bayu Kali ini menuju tem[pat sepi di tengah hutan, untuk menyempurnakan ilmu yang telah dimilikinya, Dia menjauhi laut masuk ke pedalaman terus menyusuri belantara merambah hutan yang jauh dari jangkauan manusia. Akhirnya sampailah di sebuah telaga kecil yang pinggirnya ditumbuhi pohon-pohon besar. Bayu segara membangun tempat tidur di atas dahan sederhana tapi cukup nyaman ditempati. Sedangkan untuk bahan makanan banyak buah-buah dan umbia-umbian yang dapat dimakan yang tumbuhdi sekitar hutan.
Malam pertama ia berada sendirian di tengah hutan dalam tempat sederhana yang di bangun di atas pohon. Setelah ia tertidur cukup pulas, ia terkejut kakinya ada yang mengoyang goyangkan. Penghuni hutan yang ternyata kera besar berbulu hitam kecoklatan, bayu cepat bangun dengan sigap, tapi kera tersebut hanya menyodorkan tangan, tandanya ia cukup bersahabat, bayu hanya tersenyum menerima persahabatan dari mahluk tersebut.
“Sudahlah ini hari masih malam, aku mau sembahyang malam, kita bertemu lagi besok pagi” Kera itu seperti yang mengerti ia mengangguk dan langsung pergi meloncat dari dahan ke dahan. Sedangkan bayu meloncat melayang ke pinggir dana terus mandi untuk melaksanakan sholat malam.
Baru saja pagi tiba, didahan-dahan pohon dekat tempat bayu istirahat sudah terdengar riuh beratus ratus kera dipimpin oleh kera besar yang mendatangi tadi malam. Rupanya mereka datang untuk menjalin persahabatan, malah diantara kera banyak yang membawa bermacam buah buahan yang terus disimpan di tempat bayu. Bayu Kagum dan terus dia berbicara menggunakan Bahasa binatang.
“Semua rombongan Kera , sejak hari ini kita bersahabat, dan pimpinan Kalian kuanggap sebagai teman, Pimpinan kera yang berbadan besar mendekati Bayu dan langsung menletakkan tangannya di Pundak Bayu, sedangkan kera yang lain bersuara riuh terlihat seperti bertepuk tangan segala, seperti penyambutan dengan penuh kegembiraan.
Kejadian pagi itu memang kejadian aneh kalau dari kacamata manusia sekarang, tapi ternyata binatangpun menginginkan kedamaian seperti alam kehidupan manusia, malah kemurnian hati Binatangkadang lebih bersih dari hati manusia, Ini menjadi catatan bagi Bayu sebagai Pendekar muda yang perlu terus ditempa pengembaraan.
Hari demi hari bayu lakoni dengan melatih ilmu kanuragan yang telah dia kuasai, dan malamnya diisi dengan melatih ketajaman batinnya. Dalam waktu singkat kermampuan Bayu telah mengalami kemajuan yang pesat, malah kemampuan meloncat dari dahan ke dahan melebihi kera-kera yang berada di sekitar Bayu, sehingga sambal melatih kemampuannya ia kadang bermain dengan kera-kera di atas dahan, sehingga semua gerak derik kera tak luput dari pengamatannya, bahkan semua kesigapan kera telah ia kuasai, maka terciptalah jurus-jurus yang di sebut “Ulin Pa Monyet” (monyet itu artinya kera dalam Bahasa Sunda. Sebagai penerang cukup menggunakan tasbeh Batu giok warisan gurunya.
Selain dengan kera Bayu pun bersahabat dengan binatang binatang lain seperti Harimau, ular dan burung. Malah Bayu telah menciptakan jurus jurus Harimau yang di padukan dengan penggunaan tenaga dalam yang Dahsyat, jurus jurus ular yang ia padukan dengan kelincahan kera. Dalam waktu singkat jurus-jurus hebat telah tercipta disertai kemampuan ilmu batin yang telah mencapai tahap kesempurnaan, Mungkin dalam ukuran manusia saat itu sulit untuk mendapatkanlawan yang sepadan. Bahkan kemampuannya untuk terbang seperti burung dengan merentangkan kedua tangannya rasanya spertia hal mustahil, tapi Bayu menguasainya dengan hebat. Hampir 1 tahun setengah Bayu dari mulai turun Gunung Dari Bubujung Cipatujah, sampai menempati Hutan yang berada di daerah Sindang sekarang masuk wilayahKecamatan Cipatujah.
BACA YANG LAINNYA:
- PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI PANTAI SELATAN BAGIAN 2
- PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI PANTAI SELATAN BAGIAN 1
- PENDEKAR ROMANTIS 06 KITAB PANCA LONGOK BAGIAN 6
Kalau bepergian Bayu selalu di kawal Harimau kadang jadi tunggangannya dan di atas Elang besar yang selalu mengikutinya, malah sekali- sekali Bayu mengunggangi harimau, atau berada dipunggung Elang untuk Bersama terbang.
Hari itu adalah hari terakhir Bayu berada di Hutan Sindang, ia berpamitan dengangan sahabat sahabatnya binatang penghuni hutan, Bayu telah menjadikan keadamian di Hutan itu, binatang binatang di sana hidup dengan berdampingan. Akhirnya Bayu telah berada dipunggung Elang terbang di atas wan, sedangkan di bawahnya harimau sahabatnya mengikuti ke mana arah Elang terbang. Sampailah di sebuah lapangan di desa tempat Bayu terakhir sebelum ke hutan.
Kedatangan Bayu cukup menggemparkan masyarakat sekitar, malah banyakyang ketakutan, melihat tunggangannya Elang yang begitu besdar, dan di bawahnya pengawalan Harimau yang begitu menakutkan. Penampilan Bayu dengan mengenakan Rompi dan celana dari kulit harimau dan Alas kaki berupa sepatu dari kulit Manjangan, ditambah ikat Kepala dari kulit harimau yang di hiasi Bulu Merak yang indah. Masyarakat pada ngumpet meloihat dari kejauhan, sedangkan Wijana yang berada tak jauh dari tempat Bayu menatapnya dengan heran, Tapi akhirnya Ia hapal bahwa itu Bayu yang pernah menolongnya.
“Bayuu”
“ Oh Wijana, Maap kedatanganku meresahkan masyarakat sekitar, ia menyuruh kedua binatang pengawalnya untuk bersembunyi.”
“Syukurlah Kau Bayu mau datang lagi ketempatku”
“Maap- sekali lagi maaf, kalau membuat resah penduduk”.
“Tak apalah Bayu ayo kita bergegas menemuai Ayahku”
Pertemuan Bayu dengan Keluarga Kepala Desa dan penduduk di sana membawa kebahagiaan, Bayu yang tumbuh semakin tampan serta tingkahnya yang selalu merendah, menjadikan Kepala Desa dan keluarganya menjadi segan. Apa lagi dikalangan penduduk Nama Bayu sudah tak asing lagi ia menjadi Idola masyarakat yang sangat di segani.
“Nak Bayu aku mohon dengan sangat, kau bisa tinggal di sini untuk beberapa saat, Akhir-akhir ini di desa-desa lain telah merajalela perampokan yang dipimpin Raja Iblis dari Gunung Burangrang dan bergelar Pendekar Sadis”
Bayu terkejut, dan iapun berniat membantu Kepala Desa dan penduduknya KLIK DI SINI
BERSAMBUNG KE BAGIAN 4
Posting Komentar untuk "PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI PANTAI SELATAN BAGIAN 3"